Assalamu'alaikum Wr.Wb. Selamat Datang di Ruang Karya MAnusia Biasa..Terima Kasih Atas Kunjungan Anda..Semoga Bermanfaat!!!
CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Minggu, Mei 24, 2009

KONTRIBUSI ASESMEN PORTFOLIO UNTUK MENGEVALUASI DAERAH AFEKTIF SISWA DALAM KONTEKS EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG KOMPREH


Posted February 2nd, 2009 by INZARAHMAD

* Pendidikan

ABSTRACT

The growing negative perception in the society regarding the delicate mathematics teaching, at least, prompts psychological problems for students learning mathematics. It implicates that mathematics teaching tends to produce negative experience for students.
An effort to comprehensively and continously evaluate the mathematics teaching is hence needed. To serve this purpose, this paper is written to present the result of research on the portrait of mathematics teaching in third grade class at SMPN 3 Bandung and the portfolio assesment’s contribution in evaluating mathematics teaching.

Keywords: portfolio assesment, affective, mathematics teaching

A. Pendahuluan
Banyak sekali faktor yang dapat dijadikan tolak ukur dalam melihat keberhasilan pendidikan. Salah satunya adalah dengan melihat keberhasilan proses pembelajaran dalam mencapai tujuannya, baik tujuan institusional, tujuan kurikuler, maupun tujuan instruksional. Dalam matematika khususnya, penekanan tujuan umum pendidikan matematika di sekolah adalah penataan nalar dan pembentukan sikap siswa, serta keterampilan dalam penerapan matematika (Depdibud, dalam Sriyanto, 2004: 46).
Depdikbud (dalam Maulana, 2002: 1) menyatakan bahwa matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah diberikan dengan tujuan untuk:
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien.
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Dalam pembelajaran matematika di sekolah-sekolah terdapat beberapa permasalahan yang perlu diperbaiki. Tiga contoh yang dapat menunjukkan bahwa pembelajaran matematika perlu diperbaiki, yaitu pertama adalah rata-rata NEM matematika SLTP seluruh Indonesia dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 selalu di bawah 5,0 pada skala 1-10. Kedua, temuan dari tes diagnostik yang dilakukan oleh Suryanto dan Somerset di 16 SLTP pada beberapa provinsi di Indonesia menginformasikan bahwa hasil tes pada mata pelajaran matematika sangat rendah. Ketiga, seperti yang diberitakan beberapa koran nasional pada tanggal 7-8 Desember 2000 tentang rendahnya daya saing murid Indonesia pada tingkat internasional, kita memperoleh kenyataan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-34 dari 38 negara, pada TIMSS-Third International Mathematics and Science Study (Zulkardi, dalam Maulana, 2002: 2).
Selain itu, pelajaran matematika di sekolah sering menjadi salah satu pelajaran yang ditakuti oleh sebagian besar siswa. Bahkan Ruseffendi (1984: 15) menyatakan, “Matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan pelajaran yang paling dibenci”.
Sejalan dengan pemikiran itu, Sriyanto (2004) menyatakan bahwa anggapan-anggapan negatif dari sebagian besar siswa mengenai pelajaran matematika yang sulit tidak terlepas juga dari persepsi yang berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang sulit. Persepsi negatif itu ikut dibentuk oleh anggapan bahwa matematika merupakan ilmu yang kering, abstrak, teoretis, penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang sulit dan membingungkan, yang muncul atas pengalaman kurang menyenangkan ketika belajar matematika di sekolah. Akibatnya pelajaran matematika tidak dipandang secara objektif lagi.
Sastrapratedja (dalam Sriyanto, 2004: 51) menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan transaksi manusiawi yang sangat halus yang menuntut kepekaan dan keterampilan dalam hal hubungan antarmanusia. Hubungan ini merupakan hubungan yang rapuh karena kecemasan yang ada pada peserta didik atau ancaman yang datang dari pengajar atau perasaan ketergantungan pada pengajar dari pihak pengajar. Sikap yang diperlukan ialah bahwa pengajar mampu menerima peserta didik sebagai pribadi. Dalam konteks ini, sering kali keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh pola relasi dan interaksi yang terjalin antara guru dan siswa dalam kelas.
Tujuan pendidikan, termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran, selain daripada daerah kognitif dan psikomotorik adalah daerah afektif. Gagne (dalam Suherman dan Kusumah, 1990: 231) menyebutkan bahwa daerah afektif ini sebagai objek matematika yang sifatnya tidak langsung, sedangkan daerah kognitif dan psikomotorik sebagai objek langsung, yang dapat secara langsung dimiliki dalam diri siswa setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Daerah afektif dalam konteks ini adalah sesuatu yang berkenaan dengan sikap siswa sebagai manifestasi dari minat, motivasi, dan perasaan siswa terhadap guru matematika dan pembelajaran matematika yang terjadi di kelas.
Suherman dan Kusumah (1990) menyatakan ada beberapa hal yang dapat diperoleh guru dengan melaksanakan evaluasi sikap terhadap matematika, di antaranya:
1. memperoleh balikan (feed back) sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan program pengajaran remedial;
2. memperbaiki perilaku diri sendiri (guru) maupun siswa;
3. memperbaiki atau menambah fasilitas belajar yang masih kurang; dan
4. mengetahui latar belakang kehidupan siswa yang berkenaan dengan aktivitas belajarnya.
Assesmen adalah suatu proses komunikasi yang mana assesor – apakah siswanya sendiri, guru, atau lainnya – belajar sesuatu tentang apa yang siswa ketahui dan apa yang dapat dilakukan, dan siswa belajar sesuatu tentang apa yang dinilai assessor (NCTM, dalam Jacob, 1995: 13).
Asesmen autentik sebagai salah satu hasil dari pendekatan asesmen dapat dijadikan alternatif solusi dalam menilai perkembangan belajar siswa secara lebih komprehensif dan objektif mengingat asesmen autentik yang lebih secara akurat mencerminkan dan mengukur apa yang kita nilai dalam pendidikan (Hart, dalam Jacob, 2004: 6).
Howey, et al. (dalam Jacob, 2004: 9) menyatakan ada lima alat yang dapat digunakan untuk asesmen autentik, yaitu: (1) kasus, misalnya untuk mengembangkan dan mengases kemampuan guru sebagai pengambil keputusan; (2) portfolio untuk merefleksikan guru sebagai seorang pelajar/siswa kontinu yang merefleksikan pada praktik; (3) refleksi memperlihatkan kinerja mengajar dan refleksi memperlihatkan guru sebagai artis; (4) penelitian tindakan berupa penelitian dan inquiry mengembangkan guru sebagai saintis sosial dan analis; (5) proyek perubahan sekolah dan kelas yang mengarahkan guru sebagai agen perubahan moral.
Johnson and Johnson (dalam Janet, 2002: 98) mendefinisikan, “A portfolio is an organized collection of evidence accumulated over time on a student’s or group’s academic progress, achievements, skills, and attitudes.” Jadi, portfolio merupakan koleksi dari bukti-bukti kemajuan siswa atau kelompok siswa, bukti prestasi, keterampilan, dan sikap siswa. Dalam konteks ini, portfolio matematika merupakan kumpulan (koleksi) pekerjaan-pekerjaan siswa yang terbaik atau karya siswa yang paling berarti sebagai hasil kegiatan matematikanya. Portfolio dapat menampilkan pekerjaan terdahulu dan pekerjaan terbaru sehingga mengilustrasikan kemajuan belajar siswa (Janet, 2002: 98).
Dalam konteks yang sangat terbatas, jurnal sebagai bagian dari kelengkapan portfolio dapat dijadikan alat untuk melihat sikap siswa terhadap pembelajaran matematika maupun sikap siswa dalam menilai kinerja guru matematikanya sendiri dalam pembelajaran matematika. Maulana (2002: 20) menyatakan bahwa jurnal adalah karangan yang dibuat oleh siswa pada setiap akhir pembelajaran. Jadi, untuk kepentingan pengumpulan data mengenai daerah afektif siswa dalam pembelajaran, maka jurnal dapat dijadikan salah satu alat asesmen yang berguna untuk tujuan tersebut.

B. Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas, permasalahan utama yang dihadapi dalam penelitian ini adalah, apakah kegiatan evaluasi sikap siswa yang dilakukan di setiap akhir pembelajaran matematika dapat memberikan gambaran mengenai potret pembelajaran matematika yang terjadi di kelas? Dari permasalahan pokok ini, pertanyaan penelitian yang dicari jawabannya adalah:
1. Bagaimanakah potret pembelajaran matematika yang terjadi di kelas III-G SMPN 3 Bandung?
2. Bagaimanakah respons siswa terhadap kegiatan evaluasi sikap yang dilakukan di setiap akhir pembelajaran matematika?
3. Apakah jurnal siswa dapat dijadikan salah satu altenatif dalam upaya mengevaluasi daerah afektif siswa dalam pembelajaran matematika dan mengevaluasi kinerja guru matematika?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk melihat potret pembelajaran matematika yang terjadi di kelas III-G SMPN 3 Bandung.
2. Untuk melihat respons siswa terhadap kegiatan evaluasi sikap melalui jurnal siswa yang dilakukan di setiap akhir pembelajaran matematika.
3. Untuk melihat efektivitas penggunaan jurnal siswa dalam upaya mengevaluasi daerah afektif siswa dan mengevaluasi kinerja guru matematika.
4. Secara praktis, penelitian ini merupakan inovasi dalam pembelajaran matematika, sehingga dapat digunakan oleh guru dan calon guru untuk dikembangkan dan dimodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing.

D. Metode Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan (developmental research). Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung di sekolah yang menjadi subjek penelitian. Menurut Ruseffendi (2003: 29) penelitian pengembangan menemukan pola dan urutan pertumbuhan dan atau perubahan, dan terutama bermaksud untuk mengembangkan bahan pengajaran yang bermanfaat bagi sekolah seperti: alat peraga, materi penataran bagi guru, modul matematika, dan sebagainya.
Sesuai dengan masalah yang akan diteliti, yaitu mengenai peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung, maka studi yang paling sesuai untuk dilaksanakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif (Ruseffendi, 2003: 30).

E. Hasil dan Pembahasan
1. Kesimpulan dan Analisis Tabulasi Angket
a. Pada umumnya siswa menilai guru matematika mereka sebagai sosok guru yang selalu berpenampilan semangat dan penuh percaya diri dalam pembelajaran serta mampu meningkatkan minat dan kepercayaan diri siswa.
b. Secara umum setiap siswa memiliki pandangan yang sama tentang matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, namun usaha setiap siswa untuk belajar keras agar dapat memahami pelajaran matematika relatif berbeda.
c. Jurnal siswa dapat bermanfaat sebagai salah satu alat asesmen yang dapat digunakan untuk mengevaluasi sikap siswa terhadap penampilan guru matematika dalam mengajar serta pembelajaran matematika yang berlangsung.
d. Secara umum siswa merasa senang jika setiap tugas matematika yang diberikan oleh guru selalu dikembalikan kepada siswa setelah diberi nilai dan komentar dari guru matematika yang bersangkutan.

2. Kesimpulan dan Analisis Tabulasi Wawancara
a. Matematika merupakan pelajaran yang relatif sulit bagi siswa.
b. Jurnal siswa dapat berguna sebagai salah satu alternatif dalam mengevaluasi sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dan penampilan guru matematika dalam mengajar.
c. Setiap tugas matematika yang dikembalikan kepada siswa setelah diberi nilai dan komentar dari guru dapat menjadi umpan balik serta dapat memotivasi siswa dalam belajar matematika.

3. Kesimpulan dan Analisis Jurnal Siswa
Jurnal siswa mencerminkan perasaan siswa yang sangat beragam dalam menjalani aktivitasnya ketika berada dalam situasi pembelajaran matematika di kelas. Kemudian, siswa memiliki pengalaman belajar yang berbeda-beda berkaitan dengan pengaruh tugas-tugas yang diberikan oleh guru, termasuk di dalamnya pemberian pekerjaan rumah untuk mengecek pemahaman siswa setelah menerima materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru di kelas.

4. Analisis Data Hasil Observasi

TABEL 1
Hasil Observasi pada Awal Pembelajaran

Penilaian Hari I Hari II Hari III Hari IV
Guru melakukan apersepsi Tidak Ya Tidak Ya
Guru menyampaikan TPK Tidak Tidak Ya Tidak
Guru memotivasi siswa Ya Tidak Ya Tidak
Sumber: Pedoman Observasi pada Pembelajaran Matematika di Kelas III-G SMPN 3 Bandung

TABEL 2
Hasil Observasi tentang Aktivitas Saat Pembelajaran Berlangsung

Penilaian Hari I Hari II Hari III Hari IV
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan metode pembelajaran yang bervariasi. Ya Ya Ya Ya
Guru memberikan banyak waktu kepada siswa untuk bertanya. Tidak Ya Ya Ya
Guru banyak memberikan waktu untuk melakukan diskusi kelas dalam pembelajaran. Ya Tidak Tidak Tidak
Guru memberikan banyak pertanyaan yang harus dijawab siswa. Ya Ya Ya Ya
Siswa merespons setiap pertanyaan yang harus dijawab siswa. Ya Ya Ya Ya
Guru memberikan komentar yang konstruktif terhadap setiap jawaban siswa. Ya Ya Tidak Ya
Guru memberikan tugas (presentasi, PR, diskusi) untuk menambah pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Tidak Ya Ya Ya
Guru memeriksa setiap tugas siswa dan mengembalikannya kembali setelah diberi penilaian. Tidak Tidak Tidak Tidak
Sumber: Pedoman Observasi pada Pembelajaran Matematika di Kelas III-G SMPN 3 Bandung

TABEL 3
Hasil Observasi tentang Aktivitas pada Akhir Pembelajaran

Penilaian Hari I Hari II Hari III Hari IV
Guru membimbing siswa untuk merangkum pelajaran. Tidak Tidak Tidak Tidak
Refleksi dari guru maupun siswa Ya Tidak Tidak Tidak
Sumber: Pedoman Observasi pada Pembelajaran Matematika di Kelas III-G SMPN 3 Bandung

F. Kesimpulan
1. Guru matematika di kelas III-G cukup berpengaruh dalam menumbuhkan minat dan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika.
2. Metode pembelajaran yang digunakan guru matematika kelas III-G SMPN 3 Bandung dalam pembelajaran relatif bervariasi (ceramah, tanya jawab, diskusi).
3. Guru dan siswa di kelas III-G SMPN 3 Bandung sangat antusias sekali dalam melakukan aktivitas pembelajaran matematika di kelas.
4. Jurnal siswa dapat digunakan sebagai salah satu upaya alternatif dalam mengevaluasi sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dan kinerja guru matematika dalam mengajar.
5. Usaha yang dilakukan oleh siswa kelas III-G SMPN 3 Bandung relatif berbeda dalam memahami pelajaran matematika meskipun mereka tetap membenarkan anggapan bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit.

G. Rekomendasi
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, ternyata siswa sangat merasa senang sekali ada kegiatan evaluasi sikap melalui jurnal siswa di setiap akhir pembelajaran matematika. Mengingat besarnya manfaat yang dapat diambil oleh guru dari jurnal siswa dalam konteks untuk mengevaluasi sikap siswa terhadap pembelajaran matematika, maka guru dapat mengembangkan sendiri upaya lain yang sejenis untuk dapat mengevaluasi sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dan kinerjanya sendiri dalam mengajar.

Daftar Pustaka

Jacob, C. (2002). Pengembangan Kompetensi Mengajar Guru Matematika dalam Menyongsong Kurikulum Berbasis Kompetensi. Prosiding Seminar Matematika Tingkat Nasional: Peranan Matematika dalam Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia untuk Menghadapi Era Industri dan Informasi. ISSN: 1693-0800. BEM HIMAPTIKA ‘Identika bekerja sama dengan Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung, 23 Januari 2002.

Jacob, C. (2002). Pengembangan Kompetensi Guru Matematika melalui Kemantapan-diri Menyongsong Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah Disajikan pada Seminar Nasional Matematika III: Matematika, Pengembangan, Riset, dan Pembelajarannya. Jurusan Matematika FPMIPA Universitas Negeri Semarang, 10 Agustus 2002.

Jacob, C. (2004). Asesmen Otentik: Suatu Kunci Kepada Pembelajaran Efektif. Disajikan pada Workshop MGMP Matematika Kota Bandung yang dilaksanakan atas kerjasama FPMIPA UPI, JICA, dan Disdik Kota Bandung, 14 April 2004.

Janet (2002). Portfolio Sebagai Alternatif Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Matematika. Disajikan pada National Science Education Seminar: New Paradigm in Mathematics and Science Education in Order to Enhance the Development and Mastery of Science and Technology, 5 Agustus 2002

Maulana (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Media Komik untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Maulana (2002). Peranan Lembar Kegiatan Siswa Dalam Pembelajaran Aritmetika Sosial Berdasarkan Pendekatan Realistik. Karya Ilmiah Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E.T. (1984). Dasar-dasar Matematika Modern untuk Guru. Bandung: Tarsito

Ruseffendi, E.T. (2003). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sriyanto (2004). Momok Itu Bernama Matematika. Basis, edisi Juli-Agustus 2004.
Suherman dan Kusumah (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157


http://one.indoskripsi.com/node/8113

0 komentar: