Assalamu'alaikum Wr.Wb. Selamat Datang di Ruang Karya MAnusia Biasa..Terima Kasih Atas Kunjungan Anda..Semoga Bermanfaat!!!
CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Selasa, September 29, 2009

Kosongnya Ketidakpastian

Untuk sebuah harapan yang ku bentuk sendiri, kurakit sendiri dan ku bunuh sendiri. Dari tidak ada menjadi ada dan kembali tidak ada.

Semua kesalahan adalah miliku,,bodohnya aq seperti ini ?Rasanya hancurnya melebihi yang sudah-sudah. Semoga aku kuat. Karena kekuatanku begitu jauh tak bisa kuraih. Yang adapun hanya basa basi, kenapa tidak bisa sampai kena di hati. Entah siapa yang jahad tapi rasanya sakit,,,sakit seperti ini. Jika boleh kupilih untuk tidak mengenalnya mungkin itu jalan terbaik. Aku ingin kembali seperti dulu. Seorang gadis yang tegar dengan cintanya,cinta sahabat-sahabatnya. Rasanya aq tak perlu lagi cinta karena telah terisi penuh disana. Tidak seperti sekarang. Aq seperti orang gila cinta yang berharap pada kosongnya ketidakpastian.

Bodohnya aq seperti ini, meski sudah berkali diingatkan tapi tetap saja aq yang merasakan,,kenapa tidak pernah ada yang mengertiq seperti kalian memahami q. Rasanya rindu masa lalu, aku hampir tidak kuat menahannya sendiri. Entah bagaimana nanti, apa si lemah ini masih bertahan pada harapannya atau berlari menjauhinya. Cuma terus berharap pada sang Pencipta pemilik seluruh hati untuk terus dikuatkan pada tiap kepiluan yang menghantam jemari dan relung-relung kelopak hati. Perasaan berlebih ini menyiksa ku. Meski tak sedikitpun menyalahi itu aq tetap menyesal memiliki ini, menyesal berada disini. Menyesal karena begitu lemah hati. Ku korbankan semua hati untuk hati orang lain sedangkan hati ku mati kering gersang ditinggalkan. Betapa bodohnya aq seperti ini. Penyesalan ini hanya tinggal penyesalan tidak akan ada arti atau makna yang berarti. Semua nasi sudah jadi bubur, semua keputusan telah ku pilih. Meski begitu menyakitkan ku coba menikmati sakitnya untuk terus memahami. Bahwa hidup itu perjuangan dan semua ini mampu membayar kebahagiaan ku di masa depan. Semoga pahit ini bisa dalam-dalam ku telan sendiri.

Terima kasih untuk tiap kaki yang menguatkan, tiap tangan yang membelai menyemangati dan tiap kata yang menampar hari. Semua ini belajar, tak ada yang salah dan menyalahkan. Tak ada yang benar dan membenarkan. Hanya terkukung oleh keadaan dan kondisi. Jadi jangan merasa bersalah dan di salahkan merasa benar dan dibenarkan. Cuma tak ingin lagi berkutat disini. Gerah dengan semua rasa yang mencekik hati. Muak dengan semua memoriam yang mengingatkan masih ada harapan padahal semua kosong dan hampa. Ktidakpastiaan hanya melahirkan air mata untuk pemimpi seperti aq.

_rCh

Rabu, September 16, 2009

Menemukan Pipa yang Cocok Bagi Masing-Masing Anak : Penerapan Multiple Intellegence di Sekolah




Judul Buku : Sekolahnya Manusia
Penulis : Munif Chatib
Penerbit : Kaifa
Tebal : 186 halaman
“Sekolah yang unggul adalah sekolah yang memandang tidak ada siswa yang bodoh dan semua siswa merasa tidak ada satu pun pelajaran yang sulit.“

Membangun sekolah, pada hakikatnya adalah membangun keunggulan sumber daya manusia. Hal ini yang coba ingin diangkat dari buku karangan Munif Chatib. Buku ini dibuat atas latar belakang keprihatinan beliau yang melihat sekolah di Indonesia kebanyakan hanya menjadi Sekolah Robot bukan Sekolah Manusia, yang hanya memetingkan hasil bukan proses. Padahal menurut beliau, sekolah yang unggul adalah sekolah yang mampu menghargai berbagai jenis kecerdasan siswa yang kemudian tidak hanya menggunakan hasil sebagai penentu keberhasilan belajar melainkan memainkan peranan proses pembelajar untuk tujuan pemahaman pengetahuan secara lebih baik.
Kemudian berdasarkan pemikiran tersebut beliau mencoba melakukan inovasi dalam sekolah yang dipimpinnya dengan berlandaskan teori kecerdasan yang dikenalkan sebagai Multiple Intellegence (Howard Gardner). Teori kecerdasan ini mengenal 9 kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang: linguistik, matematis-logis, spasial, kinestetis-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan eksistensial (kategori baru). Dalam konsep ini, sumber kecerdasan seseorang adalah kebiasaan mereka untuk membuat hasil karya (produk) dari kreatifitas dan kebiasaan mereka menghadapi dan menyelesaikan masalah. Menurut teori ini, setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda–beda sesuai dengan keadaan dan lingkungan yang membentuknya. Maka seyogyanya setiap anak mendapat penanganan yang berbeda-beda sesuai dengan tipe kecerdasan yang dominan pada diri mereka masing-masing.
Alumni universitas Brawijaya ini kemudian berhasil menggunakan sistem MI tersebut dengan baik disekolahnya. Keberhasilan penulis menggunakan MI (Multiple Intellegance) bisa kita saksikan didalm buku ini lewat special moment yang dikisahkan dengan rapih dan inspiratif. Di sekolah binaannya beliau tidak menggunakan sistem PSB seperti kebanyakan sekolah. Setiap anak yang ingin masuk disekolahnya diperbolehkan tanpa dibatasi nilai nem atau nilai rapor. Sistem PSB yang digunaakan adalah MIR (Multiple Intelegences Reserch) dengan mengidentifikasi dan mengklasifikasikan anak-anak sesuai dengan tipe kecerdasan yang dominan mereka miliki.

Sistem ini dipilih untuk menghindari terjadinya kesalahan paradigma yang menganggap sekolah yang baik adalah best input and best output. Beliau mencoba menggambarkan sekolah sebagai tempat pembinaan dan pembekalan bagi siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tidak pintar menjadi pintar. Buku ini menjelaskan bagaimana kekurangan-kekurangan yang dimiliki seorang anak bisa menjadi keistimewaan baginya lewat kisah-kisah keberhasilan siswanya yang pada awalnya memiliki kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang terjadi sebenarnya bukan karena kebodohan, menurut teori kecerdasan Howard ini setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda dan tugas pendidik adalah menemukan pipa yang cocok untuk masuk kedalam kecerdasan mereka. Misalkan saja ada beberapa anak yang sulit sekali menerima pelajaran di dalam kelas karena mungkin anak tersebut sulit belajar dengan cara konvensional dan lebih cenderung pada tipe kecerdasan musical. Maka guru perlu menyesuaikan dengan memberikan pelajaran melalui metode-metode yang menggunakan music atau sejenisnya. Di sekolah ini guru dituntut aktif dan kreatif membaca kecerdasan anak, kemudian memilih pipa yang sesuai dan bisa menemukan cara belajar yang sesuai bagi siswanya.
Dalam penjelasannya buku ini banyak dipaparkan keberhasilan-keberhasilan guru yang dibantu orang tua dalam merubah kekurangan siswanya menjadi kelebihan. Untuk mencapai hal itu tidak hanya dibutuhkan identifikasi kecerdasaan anak melalui MIR (Multiple Intellegences Reserch), guru juga harus mempersiapkan rencana kegiatan belajar yang sesuai dan menarik sehingga proses belajar bisa berjalan lebih baik. Buku ini juga banyak memberikan contoh-contoh Lesson Plan yang biasa dibuat guru sebelum memulai kegiatan belajar yang juga dibuat untuk mengukur tingkatan keberhasilan dan evaluasi belajar siswa.. Yang lebih penting buku ini juga mencoba memberikan solusi bagi pendidikan Indonesia dengan mempergunakan Multiple Intellelgences sebagai strategi belajar yang memudahkan anak belajar. Perubahan paradigma belajar yang coba diangkat oleh penulis dikaitkan dengan kesesuiaan dengan sistem kurikulum di negeri ini yang berbasis kompetensi. Menurutnya sebaik apapun kurikulumnya, sulit berhasil apabila tidak dijalankan dengan strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Dan untuk menciptakan itu kita memerlukan tenaga pendidik yang tidak hanya kompeten tapi juga kreatif dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Setelah menyusun langkah yang apik dalam pembelajaran, sekolah yang unggul juga perlu memikirkan bagaimana penilaian yang sesuai dengan sistem MI yang dijalankan. Dan penilaian yang paling sesuai menurut penulis adalah penilaian autentik dimana penilaian ini tidak hanya mencakup ranah kognitif saja tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik anak. Penilaian autentik memposisikan anak dalam tingkat yang sama, dalam penilaiannya tidak diberikan peringkat sehingga mental anak tidak jatuh ketika mereka dibandingkan dengan temannya yang memang kecerdasannya berbeda dengan dia. Penilain yang menganut konsep Ipsative, yaitu perkembangan hasil belajar siswa diukur dari perkembangan siswa itu sendiri sesudah dan sebelum mendapatkan materi. Beberapa alat penilaian autentik antara lain lewat tes lisan dan tes tulis juga penilain dari 3 ranah kognitif,psikomotorik dan afektif anak.
Buku ini sangat cocok digunakan bagi pengajar karena sarat berita dan langkah-langkah menciptakan metode belajar yang menarik dan menyenangkan. Pemaparan dan konsep sekolah unggul yang diusung dalam buku ini mampu menginspirasi tenaga pendidik (guru) untuk mencintai profesi dan menjalankan tugas mereka dengan baik. Rangkaian kata-kata yang disusun juga sangat mudah dipahami dan sarat makna yang menginspirasi terutama lewat kisah-kisah yang dicontohkan dalam buku ini.
Namun, dalam buku ini tidak banyak dijelaskan mengenai cara pengrekrutan siswa baru di sekolah yang menggunakan sistem MIR (Multiple Intellegences Reserch) seperti yang diterapkan di sekolah binaan penulis SMP YIMI Gresik. Dan buku ini hanya sedikit memuat tentang cara menggunakan sistem Multiple Intellegences di sekolah. Muatan kisah yang terlalu banyak membuat buku ini memiliki makna yang tersirat, sehingga bagi pembaca awam akan kesulitan menarik kesimpulan dari maksud buku ini.

_rCh_

Selasa, September 01, 2009

Cinta Karena Allah

Erwin Arianto

Kata pujangga cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya
tampak sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan
tindakan. Sungguh, Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih
emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga,
derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu
melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati dan
meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah
dasyatnya cinta (Jalaluddin Rumi).

Namun hati-hati juga dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang
sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila,
orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut
oleh para pecinta palsu. Cinta yang tidak dilandasi kepada Allah. Itulah
para pecinta dunia, harta dan wanita. Dia lupa akan cinta Allah, cinta yang
begitu agung, cinta yang murni.

Cinta Allah cinta yang tak bertepi. Jikalau sudah mendapatkan cinta-Nya, dan
manisnya bercinta dengan Allah, tak ada lagi keluhan, tak ada lagi tubuh
lesu, tak ada tatapan kuyu. Yang ada adalah tatapan optimis menghadapi
segala cobaan, dan rintangan dalam hidup ini. Tubuh yang kuat dalam
beribadah dan melangkah menggapai cita-cita tertinggi yakni syahid di
jalan-Nya.

Tak jarang orang mengaku mencintai Allah, dan sering orang mengatakan
mencitai Rasulullah, tapi bagaimana mungkin semua itu diterima Allah tanpa
ada bukti yang diberikan, sebagaimana seorang arjuna yang mengembara,
menyebarangi lautan yang luas, dan mendaki puncak gunung yang tinggi demi
mendapatkan cinta seorang wanita. Bagaimana mungkin menggapai cinta Allah,
tapi dalam pikirannya selalu dibayang-bayangi oleh wanita/pria yang
dicintai. Tak mungkin dalam satu hati dipenuhi oleh dua cinta. Salah satunya
pasti menolak, kecuali cinta yang dilandasi oleh cinta pada-Nya.

Di saat Allah menguji cintanya, dengan memisahkanya dari apa yang membuat
dia lalai dalam mengingat Allah, sering orang tak bisa menerimanya. Di saat
Allah memisahkan seorang gadis dari calon suaminya, tak jarang gadis itu
langsung lemah dan terbaring sakit. Di saat seorang suami yang istrinya
dipanggil menghadap Ilahi, sang suami pun tak punya gairah dalam hidup. Di
saat harta yang dimiliki hangus terbakar, banyak orang yang hijrah kerumah
sakit jiwa, semua ini adalah bentuk ujian dari Allah, karena Allah ingin
melihat seberapa dalam cinta hamba-Nya pada-Nya. Allah menginginkan bukti,
namun sering orang pun tak berdaya membuktikannya, justru sering berguguran
cintanya pada Allah, disaat Allah menarik secuil nikmat yang dicurahkan-Nya.

Itu semua adalah bentuk cinta palsu, dan cinta semu dari seorang makhluk
terhadap Khaliknya. Padahal semuanya sudah diatur oleh Allah, rezki, maut,
jodoh, dan langkah kita, itu semuanya sudah ada suratannya dari Allah,
tinggal bagi kita mengupayakan untuk menjemputnya. Amat merugi manusia yang
hanya dilelahkan oleh cinta dunia, mengejar cinta makhluk, memburu harta
dengan segala cara, dan enggan menolong orang yang papah. Padahal nasib di
akhirat nanti adalah ditentukan oleh dirinya ketika hidup didunia,
Bersungguh-sungguh mencintai Allah, ataukah terlena oleh dunia yang fana
ini. Jika cinta kepada selain Allah, melebihi cinta pada Allah, merupakan
salah satu penyebab do'a tak terijabah.

Bagaimana mungkin Allah mengabulkan permintaan seorang hamba yang merintih
menengadah kepada Allah di malam hari, namun ketika siang muncul, dia pun
melakukan maksiat.

Bagaimana mungkin do'a seorang gadis ingin mendapatkan seorang laki-laki
sholeh terkabulkan, sedang dirinya sendiri belum sholehah.

Bagaimana mungkin do'a seorang hamba yang mendambakan rumah tangga sakinah,
sedang dirinya masih diliputi oleh keegoisan sebagai pemimpin rumah tangga..

Bagaimana mungkin seorang ibu mendambakan anak-anak yang sholeh, sementara
dirinya disibukkan bekerja di luar rumah sehingga pendidikan anak
terabaikan, dan kasih sayang tak dicurahkan.

Bagaimana mungkin keinginan akan bangsa yang bermartabat dapat terwujud,
sedangkan diri pribadi belum bisa menjadi contoh teladan

Banyak orang mengaku cinta pada Allah dan Allah hendak menguji cintanya itu.
Namun sering orang gagal membuktikan cintanya pada sang Khaliq, karena
disebabkan secuil musibah yang ditimpakan padanya. Yakinlah wahai saudaraku
kesenangan dan kesusahan adalah bentuk kasih sayang dan cinta Allah kepada
hambanya yang beriman…

Dengan kesusahan, Allah hendak memberikan tarbiyah terhadap ruhiyah kita,
agar kita sadar bahwa kita sebagai makhluk adalah bersifat lemah, kita tidak
bisa berbuat apa-apa kecuali atas izin-Nya. Saat ini tinggal bagi kita
membuktikan, dan berjuang keras untuk memperlihatkan cinta kita pada Allah,
agar kita terhindar dari cinta palsu.

Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang betul-betul berkorban
untuk Allah Untuk membuktikan cinta kita pada Allah, ada beberapa hal yang
perlu kita persiapkan yaitu:

1) Iman yang kuat

2) Ikhlas dalam beramal

3) Mempersiapkan kebaikan Internal dan eksternal. kebaikan internal yaitu
berupaya keras untuk melaksanakan ibadah wajib dan sunah. Seperti
qiyamulail, shaum sunnah, bacaan Al-qur'an dan haus akan ilmu. Sedangkan
kebaikan eksternal adalah buah dari ibadah yang kita lakukan pada Allah,
dengan keistiqamahan mengaplikasikannya dalam setiap langkah, dan tarikan
nafas disepanjang hidup ini. Dengan demikian InsyaAllah kita akan menggapai
cinta dan keridhaan-Nya.

http://uhibbukafillah.tk/

Jenis - jenis Cinta

Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man ahabba syai’an fa huwa `abduhu).

Nabi Bersabda, ciri dari cinta sejati ada tiga :
(1) lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain,
(2) lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan
(3) lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri.
Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Alloh SWT, dengan membaca firman Nya,lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.

Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:
1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.

2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim.

Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.

3. Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.

4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.

5. Cinta ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran,misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Alloh, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).

6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)

7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan alQur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Alloh pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi

8. Cinta kulfah..yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Alloh tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)

Diambil dari : Mubarok institute

Aku melangkah dengan langkah indahku untuk ke luar rumahku agar aku dapat menatap langit yang biru...
Dengan membawa Indahnya senyuman yang menggambarkan begitu besar CintaMu...
Senyuman yang dapat bercerita tentang indahnya Mahabbah Rabbku...
Keindahan yang tidak mampu dapat ditorehkan oleh tinta...
Atas Karunia Rabbku, aku mampu mempermanis manisnya senyum Indahku...
Agar dapat membawakan suatu gambar yang lebih Indah kepadamu tentang Keindahannya...
Karena aku tak mampu dapat menggoresnya pada sebuah kertas...
Aku datang dengan membawa segengam senyum di bibirku...
Agar dapat menggambarkan kepadamu tentang Indahnya Karunia itu melalui senyuman Indahku...
Sebagai bingkisan dariku kepadamu, Wahai jiwa-jiwa tenang yang penuh ketentraman...
Sehingga berpijarlah Karunia yang menghiasi dunia dengan Selendang Cahayanya...
Karunia yang hendak memberikan ketentraman bagi jiwa-jiwa yang tenang...
Yaa Rabb, tak ada dariku yang dapat melukiskan MahabbahMu, Kecuali Senyuman Indah ini...
Maka, Izinkanlah Senyuman ini dapat menjadi pena yang dapat melukiskan Indahnya MahabbahMu di Tempat aku berpijak...
Hingga Karunia itu dapat menguatkan pijarnya lagi ketika sempat terlelap dalam padamnya...
Allahuma Amiiin...

dikutip dari http://uhibbukafillah.tk/

Selasa, Agustus 25, 2009

Peran Ibu Menumbuhkan Kecerdasan Anak

Baru: Anggota DechaCare.com
Pilih sendiri informasi yang Anda inginkan dengan bergabung dalam "Anggota DechaCare.com"

Daftar sekarang (GRATIS)
Daftarkan email Anda, selanjut DechaCare.com hanya akan mengirimkan informasi pilihan Anda ke email Anda.

Gunakan Widget Profile DechaCare.com Anda untuk mendapat informasi terupdate...

Informasi selengkapnya...

Suatu sore, tampaklah seorang ibu, dengan lima orang anaknya, sedang berkumpul di dapur. Mereka mengelilingi sebuah meja dimana diatasnya terdapat 'potongan' kertas dan kotak melukis yang berisi delapan warna dan sebatang kuas. Mereka akan melukis bersama-sama, belajar menggambar bunga.

Di tengah keasyikan dan kegembiraan melukis, tiba-tiba ada nuansa ketidaksenangan dari anak perempuan terkecilnya. "Ada apa, sayangku?", tanya si ibu. "Salah satu kelopak bungaku tampak seperti daun" jawab anak kecil itu, hampir menangis karena kelopak bunganya tidak tampak seperti kelopak bunga. "Biar kulihat", ujar si Ibu. "Oh ya, baiklah. Tambahkan dengan warna hijau. Sekarang, kelopak bunga itu berubah menjadi daun". Tentu saja si anak tidak jadi menangis. Ia tertawa gembira.

Cerita di atas saya cuplik dan tutur ulang dari pengalaman nyata Margo Marshall - Olmstead akan ibunya saat mereka tinggal di Ferryden, sebuah desa nelayan si pesisir timur Skotlandia (Lesson from Mom, 2004).

POTENSI IBU

Briliyan !!!! Hebat !!!!! Luar biasa !!!!!. Itulah yang deretan kata (dan masih banyak lagi yang lainnya) yang pantas kita ucapkan sebagai apresiasi terhadap cara ibu tersebut mengatasi 'masalah' yang dihadapi anak perempuannya. Ia seakan paham betul dengan kata bijak Pablo Picasso, seorang pelukis genius, bahwa 'Setiap bocah adalah seniman. Masalahnya bagaimana cara mempertahankannya agar ia tetap menjadi seniman ketika dewasa'. Itu sebabnya ia berupaya agar anak perempuan terkecilnya tidak patah semangat, sehingga dapat terus mengembangkan potensinya sebagai seniman.

Tindakan yang ia ambil, tidak saja mencerminkan kecerdasan intelektualnya, namun juga menggambarkan kecerdasan emosinya, kemampuannya berempati. Ia memahami betul bila anak perempuannya bukanlah dirinya, yang sudah piawai melukis bunga. Ia mampu membuat anaknya tetap merasa berhasil (menggambar daun), walaupun hal tersebut akibat dari ia gagal menggambar bunga. Ia mengajar anaknya agar bisa mengambil hikmah (dan terobosan) ketika menghadapi sebuah kegagalan.

Si ibu tahu betul bahwa kepada anak harus diajarkan keberanian untuk mencoba kemampuan, kejelian untuk melihat kemungkinan, keyakinan dalam memilih strategi dan kesempatan untuk melaksanakanan strategi pilihannya. Ia juga tahu betul bahwa semua proses itu harus dikenalkan sejak dini, agar proses belajar untuk memecahkan masalah bila memberikan hasil optimum. Ia sadar bahwa semakin banyak contoh cara memecahkan masalah yang ia berikan, akan membuat makin berkembang pula kemampuan anaknya dalam menangani masalah.

Bisa dibayangkan, bagaimana jadinya bila ketika menghadapi ketidakbisaan anak perempuannya, si ibu berkata "Kamu bodoh, menggambar bunga saja nggak bisa !!!". Atau berkata "Gimana sich kamu ini, membuang-buang kertas dan cat saja". Tentu saja si anak akan merasa gagal. Ia akan kehilangan kepercayaan diri, merasa rendah diri. Dan ini bukan masalah sepele. Karena akan sangat menghambat kemampuannya dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang lain. Tentu kita masih ingat dengan begitu banyaknya kasus bunuh diri di kalangan anak-anak, akibat dari ketidakmampuannya dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah.

Atensi si ibu akan aktivitas melukis dari anak-anaknya juga merupakan hal tepat sebab memang sesungguhnya otak belahan kananlah yang lebih dulu berkembang. Dalam tulisannya yang berjudul Pendidikan Dimulai dari otak Kanan (bagian dari buku Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif, 2001), Salomon Simanungkalit mengungkapkan bahwa perkembangan otak belahan kanan sudah dimulai sejak anak berusia nol tahun. Sedangkan otak belahan kiri umumnya mulai berkembang pada saat anak berumur enam tahun. Dan aktivitas melukis yang mengandalkan kemampuan akan berkhayal, mengasah rasa seni adalah kerja otak kanan.

Otak kanan juga yang bertanggungjawab atas kemampuan mengendalikan emosi. Sehingga sungguh sebuah tindakan luar biasa, yang sangat tepat, ketika sambil melukis bunga, si ibu juga mengajarkan cara mengoper kuas dan cat, sehingga ia dan kelima anaknya mempunyai kesempatan yang sama untuk menggambar. Secara tidak langsung hal ini melatih anak untuk mengendalikan ego masing-masing, menanamkan makna bekerja sama dan berbagi, melatihnya mengandalikan emosi. Artinya menstimulus kecerdasan emosi anak-anaknya.

SELAIN KECEDASAN INTELEKTUALl

Hingga kni masih banyak orang (tua) yang memuja kecerdasan intelektual yang mengandalkan kemampuan berlogika semata. Orang tua merasa bangga dan berhasil mendidik anak, bila melihat anak-anaknya mempunyai nilai rapor yang bagus, menjadi juara kelas. Tentu saja hal ini tidak salah, tetapi tidak juga benar seratus persen. Karena beberapa penelitian justru menunjukkan bahwa kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan kecerdasan spirituallah yang lebih berpengaruh bagi kesuksesan seorang anak.

Hasil penelitian Daniel Goleman (1995 dan 1998) memperlihatkan bahwa kecerdasan intelektual hanya memberi kontribusi 20 persen terhadap kesuksesan hidup seseorang. Yang 80 persen bergantung pada kecerdasan emosi, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritualnya. Bahkan dalam hal keberhasilan kerja, kecerdasan intelektual hanya berkontribusi empat persen.

Sebuah survei terhadap ratusan perusahaan di Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa kemampuan teknis/analisis bukan hal yang menentukan keberhasilan seorang pemimpin/manajer. Yang terpenting justru kemauan, keuletan mencapai tujuan, kemauan mengambil inisiatif baru, kemampuan bekerja sama dan kemampuan memimpin tim.

Hasil identik juga disimpulkan dari penelitian jangka panjang terhadap 95 mahasiswa Harvard lulusan tahun 1940-an. Puluhan tahun kemudian, mereka yang saat kuliah dulu mempunyai kecerdasan intelektual tinggi, namun egois dan kuper, ternyata hidupnya tak terlalu sukses (berdasar gaji, produktivitas, serta status bidang pekerjaan) bila dibandingkan dengan yang kecerdasan intelektualnya biasa saja tetapi mempunyai banyak teman, pandai berkomunikasi, mempunyai empati, tidak temperamental sebagai manifestasi dari tingginya kecerdasan emosi, sosial dan spiritual.

Pertanyaannya adalah, bagaimana cara untuk menumbuhkan kecerdasan emosi, sosial dan spiritual pada anak-anak kita?

KERJA PENGASUHAN

Menurut John Gottman dan Joan DeClaire dalam The Heart of Parenting (Kiat - kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional, 1997), cara pembelaja-ran pengetahuan emosional adalah dengan menyadari perasaan anak dan mampu berem-pati, menghibur dan membimbing mereka. Sementara Marsha Sinetar dalam bukunya Spiritual Intelligence (Kecerdasan Spiritual, 2000) mengungkapkan bahwa melalui teladanlah, anak bisa meningkatkan kecerdasan spiritualnya.

Ini artinya, upaya untuk meningkatkan kecerdasan emosi, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual anak tidak bisa sepertihalnya upaya meningkatkan kecerdasan intelektual yang bisa dipacu dengan memasukkan ke sekolah-sekolah favorit (yang umumnya adalah sekolah mahal), atau menjejali anak dengan aneka macam les. Sementara orang tua dituntut menyediakan uang sebanyak mungkin. Yang pada akhirnya kerap dianggap sebagai alasan tepat oleh para ibu untuk ikut mencari uang (umumnya di ruang publik).

Dan hasilnya, setiap tahunnya terjadi kenaikan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan, khususnya di sektor informal dibandingkan dengan TPAK laki-laki. Bila pada tahun 1980, prosentase TPAK perempuan 'baru' mencapai 58,1persen, pada tahun 2000 sudah menjadi 70 persen, naik 11,9 persen. Sangat terbuka kemungkinan prosentase ini akan terus meningkat, terlebih saat ini gencar disosialisasikan bahwa agar supaya perempuan mempunyai posisi tawar (terhindar dari aneka bentuk kekerasan) maka ia harus mandiri, termasuk dalam hal ekonomi.

Di sinilah letak permasalahannya. Kondisi ini, dimana kedua orang tua sibuk di ruang publik, akan mereduksi kemungkinan anak bisa meningkatkan kecerdasan emosi, sosial dan spiritualnya. Sebab kecerdasan seperti ini sangat dipengaruhi oleh teladan dan sentuhan personal yang penuh rasa cinta, atensi dan apresiasi. Dalam konteks itulah aktivitas pengasuhan menjadi urgen. Dan pengasuh terbaik bagi seorang anak adalah ibunya. Sebab ibulah, sosok yang paling dikenal oleh anak.

Bukankah mereka (ibu dan anak) pernah mengalami 'hidup bersama' selama sembilan bulan? Bukankah ibu pula sosok yang melalui payudaranya memberinya makan di awal kehidupannya. Jadi tidaklah berlebihan bila ada ikatan yang sangat kuat antara ibu - anak. Belum lagi kondisi natural seorang perempuan yang memang sangat tepat untuk melaksanakan kerja pengasuhan. Kondisi - kondisi ini merupakan modal besar dalam proses pembelajaran emosi, sosial dan spiritual anak. Akankah hal ini disia-siakan? Semestinya tidak…

Saya berharap, peringatan Hari Ibu kali ini dapat menyadarkan kita semua, termasuk juga Pemerintah akan urgensi kerja pengasuhan serta besarnya potensi yang dimiliki oleh para ibu terhadap keberdayaan anak-anaknya. Sebagaimana ungkapan Dorothy Canfield Fisher bahwa "Seorang ibu bukan seorang untuk dijadikan sandaran, tetapi seseorang.

http://www.dechacare.com/Peran-Ibu-Menumbuhkan-Kecerdasan-Anak-I113.html

Faktor Pendukung Kecerdasan Anak

Anak yang cerdas bukan hanya karena faktor keturunan, banyak hal lain yang bisa medukung anak menjadi pintar. Faktor-faktor pendukung kecerdasan anak itu antara lain dapat diasah dan dibentuk dari dalam diri anak atau dari hasil didikan orang tua. Di bawah ini beberapa contoh yang mendukung kecerdasan anak tersebut:

1. Motivasi

Motivasi adalah bagaimana cara orang tua untuk memberi semangat kepada anak agar mereka mau belajar, karena tanpa hal tersebut maka anak akan menjadi pribadi mudah menyerah dan putus asa sehingga anak menjadi malas untuk belajar.

2. IQ (intelectual Quotient)

Adalah kemampuan seorang anak untuk belajar menggunakan kepintaran otak kiri dan kanannya. Setiap anak mempunyai IQ yang berbeda tergantung dari latihan-latihan dan kemampuan otak nya untuk menyerap pelajaran yang masuk.

3. EQ (Emotional Quotient)

Adalah kemampuan seorang anak untuk mengusai dirinya dan dapat mengendalikan emosi sehingga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain dan lingkungannya.

4. Kecerdasan visual

Adalah kemampuan seorang anak untuk menuangkan apa yang ada dalam pikirannya kedalam bentuk kreatifitas, misal: Menggambar, mewarnai

5. Faktor lingkungan

Karena lingkungan yang baik dan positif baik dirumah dan sekolah dapat memberikan pengaruh terhadap kepribadian dan perilaku anak untuk membantu mereka mengembangkan kecerdasannya.

6. Kecerdasan berkomunikasi

Melatih anak dalam berkomunikasi yang baik dapat membuat anak belajar dan berani dalam menuangkan pikiran dan gagasanya dalam bentuk kata-kata sehingga dapat melatih anak memiliki kepercayaan diri bila bicara di depan umum. Orangtua dapat memberikan contoh dengan berbicara yang baik dan sopan kepada anak.

7. Makanan bergizi

Orang tua yang memberikan anak gizi yang baik dengan memenuhi makanan 4 sehat 5 sempurna tentu akan membuat anak memiliki tubuh yang kuat,sehat dan perkembangan otak yang sempurna sehingga anak menjadi pintar.

8. Membaca

Memberikan anak buku-buku yang bermanfaat dapat menambah pengetahuan dan wawasannya dan juga melatih anak senang membaca.

9. Kemampuan bersosialisasi

Jangan melarang anak untuk bermain, karena dengan bergaul dengan teman-temannya anak melatih kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan orang sehingga medapat mendukung keberhasilannya di masa depan.lain

10. Kecerdasan Perilaku

Seorang anak yang diajarkan untuk berperilaku yang baik dan sopan juga melatih anak untuk menghormati dan menghargai orang lain sehingga anak menjadi pribadi yang menyenangkan bagi orang-orang disekitarnya. Selain semua itu dukungan dan perhatian dari orang tua adalah faktor yang sangat penting dalam membentuk kecerdasan anak, kembangkan kecerdasan anak dari berbagai cara yang positif demi keberhasilan anak dimasa depan.

http://www.e-smartschool.com/uot/001/UOT0010051.asp

Merangsang Kecerdasan Anak

Orang tua mana yang tidak ingin anaknya cerdas. Namun, yang masih menjadi pertanyaan, apa saja yang dibutuhkan si kecil agar pertumbuhan otaknya menjadi optimal ?

Otak merupakan benda yang paling vital dalam tubuh. Organ ini mengatur seluruh bagian dalam tubuh diantaranya gerakan motorik, pengaturan suhu tubuh, pengaturan tekanan darah, sekresi hormon,pernapasan, emosi dan berbagai macam kegiatan manusia.

Berbagai proses dalam otak itu yakni peenambahan sel (poliferasi), perpindahan sel (migrasi), perubahan sel (differensiasi), pembentukan system jalinan saraf antara satu dengan lainnya (sinaptogenesis) dan pembentukan selubung saraf (mielinisasi).
Yang penting dicatat, organ ini tumbuh secara luar biasa pada masa anak-anak. Sampai pada usia 2 tahun berat otak akan mencapai 75% otak dewasa. Menurut dr. Hartono Gunadi, Sp.A, dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, sampai dengan bayi berusia 2 tahun, pertumbuhan dan perkembangan otak anak telah mencapai 90%.

Factor yang paling penting untuk pembentukan otak adalah factor nutrisi untuk mendukung pembentukan sel-sel otak. Sebagai orang tua yang bertanggung jawab terhadap kehidupan annak, Anda perlu tahu nutrisi seperti apa yang berperan dalam pembentukan otak sang buah hati, mulai dari dalam kandungan hingga remaja.

Masih ada lagi hal yang penting pada proses pertumbuhan seorang anak, yakni proses tumbuh kembang. Makna pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi dalam tingkat sel, organ atau individu.
Sedangkan perkembangan lebih menitikberatkan pada aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ ataupun individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan.
Yang jelas, untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak, Anda harus mengetahui factor dan aspek apa saja yang mempengaruhinya.

PERANAN NUTRISI
Cikal bakal otak mulai terbentuk pada minggu ketiga kehamilan berupa lempeng saraf, berubah menjadi tabung saraf pada minggu keempat dan mulai terbentuk otak besar, batang otak, otak kecil dan medulla spinalis pada minggu kelima kehamilan.

Setelah bayi lahir, maka usia yang paling penting dalam pertumbuhan otak adalah 0-2 tahun. Periode tersebut penting karena masa ini adalah periode emas. Dalam periode inilah terjadi perkembangan saraf otak yang tercepat, khususnya mielinisasi. Selanjutnya memang terus terjadi perkembangan hingga usia 5 tahun, namun tidak secepat pada usia sebelumnya. Dalam masa ini maka yang terjadi adalah pengorganisasian perkembangan dan hubungan antar jaringan (impuls) otak.

Factor nutrisi berperan mulai dari kandungan, jadi seorang ibu yang hamil harus memperhatikan asupan gizi, bukan hanya untuk dirinya, juga untuk sang janin. Yang harus diperhatikan adalah protein dan asam lemak esensial.

Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. Setelah bayi lahir, kebutuhan zat gizi dilakukan melalui pemberian ASI Eksklusif sejak hari pertamanya sampai usia 6 bulan. Tapi setelah proses menyusui terlampaui, Anda harus memikirkan nutrisi sang anak.

Bagi Anda yang tak dapat menyusui anak karena sesuatu hal, pemilihan nutrisi untuk bayi harus dipertimbangkan dengan matang, demi perkembangan kecerdasannya. Nutrisi yang diyakini dapat meningkatkan kualitas otak anak adalah asam lemak DHA (asam dokosaheksanoat) dan AA (asam arakhidonat). Asam lemak ini merupakan asam lemak esensial, artinya tidak dapat dibentuk oleh tubuh sehingga harus ditambah dari luar.

FAKTOR PENDUKUNG
Setelah otak seorang anak terbentuk, maka ada berbagai factor yang mempengaruhi perkembangannya. Teramat sayang bila anak Anda sudah memiliki sel-sel otak yang berkualitas, namun dibiarkan tanpa didukung perkembangannya.

Factor pendukung antara lain perhatian dan kasih sayang orang tua dan lingkungannya yang berpengaruh bagi aspek emosi. Mulai dari kontak fisik, sentuhan, belaian dan nyanyian.

Factor yang tak kalah pentingnya yaitu kebutuhan mental, misalnya proses pembelajaran, agama dan kepribadian. Factor pendukung inilah yang dapat menjadi stimulasi bagi perkembangan otak anak, juga akan mengaktifkan sel otak anak Anda sehingga perkembangannya akan lebih terpacu.
Stimulasi ini penting sekali, sebab, jaringan saraf otak akan hilang dengan sendirinya apabila jarang atau tidak pernah sama sekali mendapat stimulasi.
Stimulasi pada anak dapat diterima melalui sentuhan, pendengaran, penglihatan, pengecapan yang kesemuanya sudah dapat diproses sejak bayi baru lahir. Pemprosesan informasi atau stimulasi dari luar tergantung dari takaran dan derajat stimulasi yang diterima serta kemampuan si anak memproses stimulasi tersebut.

Interaksi orangtua dengan penuh kasih sayang dapat merangsang imajinasi dan gagasan kreatif anak. Stimulasi dapat dimulai dari dalam kandungan. Contohnya, si ibu yang hamil bisa mendengarkan musik sambil mengelus perutnya.
Contoh lain stimulasi setelah anak lahir adalah dengan bercerita atau mendongeng. Mendongeng selain dapat mengajarkan kata-kata, juga dapat menjadi simbolisasi pendidikan. Misalnya bagaimana berbuat baik dan bagaimana memecahkan suatu masalah.
Kemudian permainan juga merupakan stimulasi yang sangat tepat bagi anak. Usahakan memberi variasi permainan dan sangat baik kalau orangtua melibatkan diri secara langsung dalam permainan. Perlu diingat juga, jangan selalu melarang anak melakukan aktivitas sepanjang tidak berbahaya.

http://info.balitacerdas.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=50

Rabu, Agustus 05, 2009

Saat ini berada pada titik nadir terdalam
memuncam semua amarah dan kepedihan
baru tersadar ternyata lukanya dalam

sudah tak ada waktu untuk kompromi
kurasa ini titik terang dari semua
terbuang dan ditinggalkan
sepertinya sudah lumrah bagi ku

meski yang ku siapkan sudah lebih dari cukup
ternyata tak berarti apapun
jadi selama ini hanya kosong hampa tak bermakna

Bodoh sekali...
Sampai pada titik terdalam penyesalan
akibat kecenderungan tak beralasan
ini sepertinya sengaja dia ajarkan pada ku agar melukai ku
tau memeang sangat senang melihat air mata adiknya ??
EntaHLAH

aku hanyalh manusia bisa bersalah dan menyakiti........

Minggu, Juli 12, 2009

Trans-Jogya (Transportasi Umum yang Belum Merakyat)


Yogyakarta, yang saat ini sarat dengan kepadatan kendaraan umum dan juga kendaraan pribadi di jalan raya membuat kota ini sangat rawan kemacetan. Beberapa waktu ini pemerintah kota Yogyakarta mengeluarkan kebijakan pengoperasiaan Trans-Jogya sebagai transportasi alternatif masyarakat Jogya dalam mengatasi masalah kemacetan.
Bus Trans-Jogja mulai diujicobakan pada 11 Februari 2008 dengan mengoperasikan 54 armada bus dan 76 halte berorientasi pada sistem Buy the Services ini memang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis transportasi umum lainnya. Memiliki halte khusus dan rute yang hampir berada di titik jalan-jalan yang banyak di kunjungi merupakan senjata pemerintah untuk meminimalisir masalah transportasi di jalan. Namun dalam pengoperasian Trans-Jogya masih belum bisa dibilang efektif. Dari berbagai laporan dan penelitian membuktikan bahwa armada ini tidak cukup memfasilitasi masyarakat sebagai transportasi umum yang merakyat. Masalah penting yang menjadi perhatian dari pelaksanaan Trans-Jogya ini adalah fasilitas dan pelayanan yang masih minim dan belum memenuhi kebutuhan masyarakat Yogyakarta. Bus Trans-Jogja dituding jauh dari perinsip-perinsip memenuhi kebutuhan masyarakat.
Trans-Jogja dianggap belum memenuhi perinsip-perinsip hak asasi manusia dalam perencanaan tata kota, dimana setiap warga negara berhak menikmati pelayanan publik. Selain itu, Bus Trans-Jogja juga belum sesuai dengan asas-asas aksesibilitas yang tertuang dalam Keputusan Menteri PU No.468/KPTS/1998 tentang persyaratan teknis aksesibilitas pada bangunan dan lingkungan yang mencakup: Kemudahan, Kegunaan, Keselamatan dan Kemandirian.


Ini menjadi PR besar bagi Pemerintah Kota Jogya untuk selalu memperbaiki dan menyempurnakan kebijakan yang mereka sebut sebagai altrnatif jangka panjang ini. Tidak hanya itu pemerintahan Jogya juga perlu mengkaji kebijakan publicnya yang sarat dengan sebodoisme hak sosial masyarakat yang sifatnya umum. Kebijakan alternatif angkutan umum jangka panjang ini, seharusnya memperhatikan keberagaman jenis pengguna jasa sehingga bisa benar-benar mampu menjadi alat transportasi umum yang memperhatikan hak dan keselamatan pengguna jasa sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam undang-undang yang berlaku.

Trans Jogya – Trans Jakarta
Pemilihan kebijakan Trans-Jogya sebagai alternatif mengatasi berbagai masalah transportasi di kota Jogya banyak mengadopsi sistem pengoperasiaan Busway (Trans-Jakarta). Sistem Busway mini ini dianggap bisa mengurangi masalah transportasi di Jogya. Hal itu bisa dilihat dari sistem pengoperasian Trans-Jogya yang memiliki tempat pemberhentian khusus (halte) sehingga bus mini ini tidak bisa berhenti di sembarang tempat yang bisa mengganggu ketertiban jalan. Selain itu, sistem bus mini ini dirasakan masyarakat cukup membantu masyarakat menuju tempat tujuan mereka karena bus Trans-Jogya memiliki beberapa rute perjalanan yang mudah diakses. Selain tarif yang terjangkau, bagi para pelancong atau tourist yang menggunjungi Jogya, Trans-Jogja ini memudahkan mereka untuk menemukan tempat yang mereka tuju, karena halte-halte bus Trans-Jogya dibuat pada titik-titik jalan yang paling sering di kunjungi.
Tak berbeda jauh dengan Trans-Jogya, Trans-Jakarta yang lebih awal beroperasi ini dianggap bisa memfasilitasi kebutuhan transportasi masyarakat yang ingin berpergian di kota Jakarta dengan tarif yang terjangkau. Banyaknya rute dan shelter busway yang belakang dibangun, memudahkan masyarakat Jakarta mengakses tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi. Selain itu, fasilitas shelter dan bus yang cukup memadai membuat bus Trans-Jakarta masih menjadi pilihan.
Namun secara umum kedua transportasi publik ini memiliki perbedaan dan kekurangan masing-masing. Trans-Jogya yang merupakan busway mini masih belum memiliki jalur khusus sehingga pengoperasiaannya masih belum bisa menjawab tantangan kemacetan. Trans Jogya ini, dianggap tidak sesuai dan belum mampu memfasilitasi transportasi masyarakat karena berbagai kekurangan dan keluhan pelayanannya. Mulai dari keluhan fasilitas halte yang sangat sempit, pengguna bus Trans-Jogya yang harus berdesak-desakkan untuk menunggu bus dan mengganti bus tujuan karena tidak tersedianya tempat menunggu bus di halte Trans-Jogya. Selain itu, minimnya pelayanan petugas terhadap masyarakat pengguna dan kurangnya perhatian fasilitasi bagi masyarakat difabel, yang memiliki kebutuhan khusus dalam penggunaan transportasi umum.
Tidak jauh berbeda dengan Trans Jogya, Trans Jakarta yang menjadi salah satu pilihan alternatif transportasi juga banyak menuai kritik dan saran dalam pengoperasiaannya. Namun dalam pengoperasiannya, Trans-Jakarta mampu membuktikan diri sebagai altrnatif transportasi umum yang merakyat. Meskipun banyak terdengar keluhan dan kritik mengenainya tapi sampai saat ini Trans-Jakarta masih menjadi pilihan transportasi yang ramai digunakan. Sayangnya seruan bahwa Busway ( Trans-Jakarta) sebagai transportasi umum yang bebas macet masih belum bisa maksimal terlaksana. Hal itu disebabkan pengguna jalan di Jakarta yang padat ini tidak taat lalu lintas sehingga muncul berbagai masalah baru dijalan seperti, jalur busway yang dipakai oleh kendaraan umum dan pribadi, volume kendaraan pribadi yang terus meningkat, dan pelanggaran-pelanggaran rambu-rambu lalu lintas yang banyak mengakibatkan kecelakaan jalan yang melibatkan armada Trans Jakarta.
Trans-Jogya Harus Lakukan Perbaikan Sosial
Kehadiran Trans-Jogya memang masih menjadi kontroversi. Perbaikan dan langkah-langkah pemenuhan fasilitas umum ini masih menjadi agenda besar Dinas Perhubungan Prov. DIY dan Kota Yogyakarta. Dalam hemat penulis, Trans Jogya harus memulai langkah perbaikan dengan analisis kebutuhan transportasi masyarakat dan karakter kota Jogya. Pertama, pihak pengelola harus melakukan perbaikan fasilitas transportasi public ini dengan mempertimbangkan kebutuhan pegguna jasa, khususnya bagi orang-orang cacat, ibu hamil dan penumpang dengan kebutuhan khusus lainnya. Kedua, dinas Perhubungan juga harus memperhitungkan karakter jalan-jalan di kota Yogyakarta yang sempit dan memiliki ketergantungan dengan wilayah lain, seperti Bantul, Sleman, Kulon Progo dan daerah lainnya. Keterkaitan wilayah tersebut diharapkan bisa diberikan pelayanan transportasi yang nyaman. Ketiga, pengaturan jalan dan rute pemberhentian Trans-Jogya juga diharapkan diintegrasikan dengan transportasi lainnya yang sebelumnya sudah ada, agar tidak terjadi konflik sosial. Pengaturan trayek Trans Jogya dan angkutan umum lainnya harus jelas sehingga tidak ada perebutan penumpang. Kempat, Pemerintah daerah juga perlu memperhatikan nasib angkutan becak, andong dan ojek yang banyak ada di kota ini. Perlu adanya analisis dengan keadaan jalan-jalan yang sempit apakan perlu dibuat jalan-jalan khusus untuk angkutan seperti becak dan andong tersebut yang dipisahkan dengan kendaraan roda dua dan empat untuk mengurangi masalah kemacetan di jalan.
Diharapkan kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan Yogyakarta bisa memberikan solusi untuk mengatasi kemacetan di kota kecil ini. Mungkin selain memperbaiki sistem pengoperasian Trans Jogya dan pengaturan rute angkutan, pemerintah bisa menggunakan kebijakan pembatasan kepemilikan kendaraan pribadi khsusnya kendaraan bermotor dalam upaya menanggulangi kemacetan dan polusi yang berlebihan.
_rCH_

Selasa, Mei 26, 2009

harus ganti suasana



mungkin terlalu lama bergelut disini
kebosanan mulai tak lelah menghampiriku..
..sepertinya aku perlu mengupgrade semangat ini
agar tak lekas pergi sia - siakan semuanya..

kenapa belakngan aq seperti dlanda keterpurukan..
semua senyum itu terunggut kemarahan..
ada yang berbeda dari suasana ini
mengapa jadi tidak nyaman disini,,,
ingin pergi saja..

malas aku melihat itu ..
hanya akan membuat semua jadi tambah berantakan..
cukup hti ini saja yang kacau jangan sampai susana itu juga jadi kacau...

sepertinya q benar - benar harus rehat,,,
menghilang - menjauh,,,tapi takkan pergi,,,
harus ganti sauasana

agar ketika kembali aq sudah refresh dan kembali siap berjuang
mafkan aku yang lemah ini
_rCh_

Si Cengeng..



aku tau harusnya penuh syukur,,,
tapi terkadang lelah tuk bertahan tetap tegar,,,
bolehkah ku sejenak melepas semua burden nich dari pundak ku???
aq juga manusia yang bisa lelah,,butuh waktu tuk merefresh hati,,,

maf sahabat - sahabat q,,,
ternyata aq tak bisa setegar yang ku harapkan,,,
maf ternyata harus membuatmu jauh lebih repot...
sebenarny itu bukan inginku

tapi si lemah ini memang cengeng...
air matanya terlalu banyak,,,
hatinya terlalu rapuh...
dirinya terlalu manja,,
bahkan untuk menata hatinya z dia tidak bisa,,,,

dasar cengeng,,,liat air matanya mulai mengalir lagi,,
kelak pasti dia akan malu melihatnya,,,
sudahlah biarkan saja si cengeng nih menangis dulu
mungkin semakin banyak ia menangis akan mengurangi sakitnya,,,

sepertinya dia hanya kesepiaan saja dan tidak tau mau bersandar kemana???
dasar kekanank - kanankan yah???

BIMBINGAN PROFESIONAL GURU DAN MOTIVASI MENGAJAR GURU TERHADAP MANAJEMEN PEMBELARAN



Pendahuluan
Abad 21 merupakan abad global. Masa ini ditandai dengan kehidupan bermasyarakat yang berubah cepat karena dunia semakin menyatu. Apalagi ditopang kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sehingga batas-batas masyarakat dan negara menjadi kabur. Demikian pula pada sekotor ekonomi, dunia berkembang dengan pesat yang ditandai kemajuan ilmu pengetahuan.
Ekonomi yang berdasarkan ilmu pengetahuan merupakan lokomotif dari perubahan dunia abd 21. Selanjutnya sektor ekonomi yang berdasarkan ilmu pengetahuan (knowledge based economy) menuntut penguasaan ilmu pengetahuan dari para pelaku ekonomi profesional. Di dalam masyarakat sederhana, berbagai pekerjaan dilakukan secara rutin. Masyarakat konsumen menuntut kualitas produksi yang tinggi dan terus menerus diperbaiki.
Oleh sebab itu profesionalisme merupakan syarat mutlak dalam kehidupan global. Apalagi pada dunia global lebih diutamakan pada penguasaan kemampuan dan keterampilan serta penuh persaingan. Globalisasi mengubah hakikat kerja dari amatirisme menuju kepada profesionalisme.
Memang inilah dasar dari suatu masyarakat berdasarkan merit system. Legitimasi dari suatu pekerjaan atau jabatan di dalam masyarakat abad 21 tidak lagi didasarkan kepada amatirisme atau keterampilan yang diturunkan atau dengan dasar-dasar yang lain, tetapi berdasarkan kepada kemampuan seseorang yang diperoleh secara sadar dan terarah dalam menguasai berbagai jenis ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Tuntutan profesionalisme akibat dari perubahan global sesuai dengan tuntutan perubahan masyarakat, profesi guru juga menuntut profesionalisme. Guru yang profesional bukan hanya sekedar alat untuk transmisi kebudayaan, tetapi mentransfomasikan kebudayaan itu ke arah budaya yang dinamis yang menuntut penguasaan ilmu pengetahuan, produktivitas yang tinggi, dan kualitas karya yang dapat bersaing.

Bimbingan Profesional Guru
Wacana tentang profesionalisme guru kini menjadi sesuatu yang mengemuka ke ruang publik seiring dengan tuntutan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Menurut Oktovianus Sahulata dalam makalahnya dikatakan: mutu pendidikan Indonesia dianggap masih rendah karena beberapa indikator antara lain: Pertama, lulusan dari sekolah dan perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki. Bekal kecakapan yang diperoleh di lembaga pendidikan belum memadai untuk digunakan secara mandiri, karena yang terjadi di lembaga pendidikan hanya transfer of knowledge semata yang mengakibatkan anak didik tidak inovatif, kreatif bahkan tidak pandai dalam menyiasati persoalan-persoalan di seputar lingkungannya. Kedua, Peringkat indeks pengembangan manusia (Human Development Index) masih sangat rendah. Menurut data tahun 2004, dari 117 negara yang disurvei Indonesia berada pada peringkat 111 dan pada tahun 2005 peringkat 110 dibawah Vietnam yang berada di peringkat 108. Ketiga, Mutu akademik di bidang IPA, Matematika dan Kemampuan Membaca sesuai hasil penelitian Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2003 menunjukan bahwa dari 41 negara yang disurvei untuk bidang IPA Indonesia berada pada peringkat 38, untuk Matematika dan kemampuan membaca menempati peringkat 39. Keempat, sebagai konsekuensi logis dari indikator-indikator diatas adalah penguasaan terhadap IPTEK dimana kita masih tertinggal dari negara-negara seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. (www.hotlinkfiles.com)
Guru, akhirnya menjadi salah satu faktor menentukan dalam konteks meningkatkan mutu pendidikan dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas karena guru adalah garda terdepan yang berhadapan langsung dan berinteraksi dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Mutu pendidikan yang baik dapat dicapai dengan guru yang profesional dengan segala kompetensi yang dimiliki.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan sebuah perjuangan sekaligus komitmen untuk meningakatkan kualitas guru yaitu kualifikasi akademik dan kompetensi profesi pendidik sebagai agen pembelajaran. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau D4. Sedangkan kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Dengan sertifikat profesi, yang diperoleh setelah melalui uji sertifikasi lewat penilaian portofolio (rekaman kinerja) guru, maka seorang guru berhak mendapat tunjangan profesi sebesar 1 bulan gaji pokok. Intinya, Undang-Undang Guru dan Dosen adalah upaya meningkatkan kualitas kompetensi guru seiring dengan peningkatan kesejahteraan mereka.
Menurut H. Isjoni (2006:20) guru profesional bukan lagi merupakan sosok yang berfungsi sebagau robot, tetapi merupakan dinamisator yang mengantar potensi-potensi peserta didik ke arah kreativitas. Tugas seorang guru profesional meliputi tiga bidang utama:

(1) dalam bidang profesi;
(2) dalam bidang kemanusiaan;
(3) dalam bidang kemasyarakatan.
Dalam bidang profesi, seorang guru profesional berfungsi untuk mengjar, mendidik, melatih, dan melaksanakan penelitian masalah-masalah pendidikan.
Dalam bidang kemanusiaan, guru profesional berfungsi sebagai pengganti orang tuanya dalam peningkatan kemampuan intelektual anak didik. Guru profesional menjadi fasilitator untuk membantu peserta didik mentransformasikan potensi yang dimiliki peserta didik menjadi berkemampuan serta berketeramplilan yang berkembang dan bermanfaat bagi kemanusiaan.
Dalam bidang kemasyarakatan profesi guru berfungsi untuk memenuhi amanat dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Sesuai dengan differensiasi tugas dari suatu masyarakat modern, sudah tentu tugas pokok dari guru ialah profesional dalam bidangnya tanpa melupakan tugas-tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan lainnya.
Selanjutnya Isjoni (2006:21) mengatakan: “dalam rangka untuk melaksanakan tugas-tugasnya, guru profesional haruslah memiliki berbagai kompetensi. Kompetensi-kompetensi guru profesional antara lain meliputi kemampuan untuk mengembangkan pribadi peserta didik, khususnya kemampuan intelektual, serta membawa peserta didik menjadi anggota masyarakat Indonesia yang bersatu, dinamis, serta berdasarkan Pancasila.
Berkaitan dengan pembinaan profesional guru ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan:
1. Sistem Pembinaan Profesional (SPP)
Berpijak pada adanya kesadaran dan keinginan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka peranan pendidikan khususnya di Sekolah Dasar perlu diperkuat dan didukung dengan tersedianya tenaga kependidikan yang berkualitas pula, yaitu :
a) Pengawas yang berkemampuan profesional dalam melakukan pembinaan serta pengawasan sekolah.
b) Kepala sekolah yang berkemampuan professional dalam melakukan manajemen sekolah.
c) Guru yang berkemampuan professional dalam melaksanakan tugas belajar mengajar.
Sistem Pembinaan Profesional (SPP) adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas profesi serta mutu kerja praktisi pendidikan.
Tujuan SPP adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya tenaga kependidikan yang tersedia, sehingga dapat meningkatkan kualitas proses pendidikan itu sendiri, dan pada giliranya kualitas proses belajar dan out put SD semakin bermutu.

Sumber:
http://intanghina.wordpress.com/2009/01/13/bimbingan-profesional-guru-dan-motivasi-mengajar-guru-terhadap-manajemen-pembelajaran/

EVALUASI PEMBELAJARAN YANG MEMBERDAYAKAN


Kamis, 2009 April 23

Makalah ditulis untuk memenuhi tugas Akhir Semester
Mata Kuliah Landasan Pembelajaran
Dosen : Prof. Dr. Muhari

Oleh : Muh. Anang Prasetyo S.Pd
Prodi : Manajemen Pendidikan
NIM : 07755060

Abstrak
Evaluasi pembelajaran, dalam kesatuan sistemik pembelajaran mutlak dibutuhkan. Ia lebih berfungsi sebagai tolok ukur terhadap keberhasilan, ketercapaian suatu pembelajaran. Ketiadaan evaluasi ini, dapat mengakibatkan ketimpangan dalam proses belajar mengajar.
Evaluasi pembelajaran dirasakan kurang manusiawi. Mengingat aspek penilaian lebih dititik beratkan pada ranah IQ (kognitif) semata. Padahal penelitian menunjukkan IQ hanya menyumbang 20 % dalam kesuksesan seseorang dalam kehidupan. terlebih metode evaluasi ini lebih bermakna menggagalkan daripada memberdayakan dan memanusiakan. Juga, kecerdasan seseorang tidak hanya tunggal tetapi meluas (kecerdasan jamak)
Perlu upaya yang serius dan mendalam dari semua pihak, agar evaluasi pembelajaran tidak sekedar angka atau evaluasi dari satu kecerdasan, tetapi mampu menjangkau ragam kecerdasan (multiple intelligence) . Disisi yang lain, evaluasi pembelajaran yang memberdayakan peserta didik, adalah evaluasi yang valid dan otentik. Inilah hakekat evaluasi pembelajaran yang memberdayakan tersebut.

A. Pendahuluan
Belajar pada hakekatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar. Perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena usaha individu yang bersangkutan (Majid, 2006 :224). Sedangkan mengajar menurut Joyce, Weil dan Shirs (dalam Majid, 2006 : 225), pada hakekatnya adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, cara-cara belajar bagaimana belajar. Untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal, seorang guru harus memahami azas utama quantum teaching. Yaitu, bawalah dunia mereka ke dalam dunia kita, dan antarkan dunia kita kedalam dunia mereka. Proses apersepsi inilah yang tak jarang sering ditinggalkan oleh guru. Padahal, ia merupakan landasan kokoh untuk menyampaikan pengajaran.
Ada tiga tujuan belajar, pertama : mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran spesifik, kedua: mengembangkan kemampuan konseptual umum, sehingga mampu belajar menerapkan konsep yang sama atau berkaitan dengan bidang-bidang lain yang berbeda, serta ketiga : mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang secara mudah dapat digunakan dalam segala tindakan (Dryden & Vos, :103)
Melihat rumusan demikian, maka dibutuhkan pula suatu piranti khusus, untuk mampu mengetahui hakekat belajar tersebut sudah tercapai atau belum. Piranti tersebut tidak lain adalah evaluasi pembelajaran. Makalah ini mencoba menyelami dan mengkaji sekaligus sedikit mengkritisi evaluasi pembelajaran yang berjalan selama ini. Mulai dari tujuan evaluasi, fungsi evaluasi, jenis-jenis evaluasi serta teknik-teknik evaluasi. Hal ini penting diketahui, mengingat kegagalan mengevaluasi, sama halnya dengan kegagalan suatu pembelajaran itu pula.
Dalam pengantar buku Contextual Teaching & Learning, Prof. Dr. A. Chaidar Alwasilah,mengatakan ada tiga prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan. Pertama, belajar mengahsilkan perubahan perilaku anak didik yang relative permanent. Artinya peran penggiat pendidikan-khususnya guru dan dosen-adalah sebagai pelaku perubahan (agent of change). Kedua, anak didik memiliki potensi , gandrung, dan kemampuan yang merupakan benih kodrati untuk ditumbuhkembangkan tanpa henti. Maknanya , pendidikan seyogyanya menyirami benih kodrati ini hingga tumbuh subur dan berbuah. Proses belajar mengajar, dengan demkian, adalah optimalisasi potensi diri sehingga dicapailah kualitas yang ideal, apabila tidak dikatakan sempurna, dan relative permanent. Ketiga, perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami linear sejalan proses kehidupan. Artinya, proses belajar mengajar memang merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri, tetapi ia didesain secara khusus, dan diniati demi tercapainya kondisi atau kualitas ideal seperti tersebut diatas.
Kualitas ideal dalam pembelajaran lebih lanjut, tentu saja diupayakan sebuah evaluasi pembelajaran yang ideal pula. Ketika proses belajar mengajar sudah demikian ideal, tanpa diimbangi idealitas evaluasi pembelajaran, tentu saja kurang berimbang.

B. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian program pendidikan (Majid, 2006 : 185). Juga suatu pembuatan pertimbangan menurut suatu perangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan (Fatah, 2006 : 107). Menurut TR Morison (dalam Fatah, 2006) terdapat tiga faktor penting dalam konsep evaluasi, yaitu : pertimbangan (judgement) deskripsi obyek penilaian, dan kriteria yang bertanggung jawab (defensible criteria). Aspek keputusan itu yang membedakan evaluasi sebagai suatu kegiatan dan konsep dari kegiatan dan konsep lainnya, seperti pengukuran (measurement).
Menurut Winkel (dalam Riyanto, 2005 : 3) belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Sedangkan Cronbach (dalam Riyanto , 2005 : 3 ), menyatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman. Menurutnya, belajar sebaik-baiknya adalah dengan mengalamaisesuatu yaitu mempergunakan panca indera. Dengan kata lain bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.
Secara singkat, evaluasi pembelajaran yang dimaksud dalam makalah ini adalah pengukuran ketercapaian suatu pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap didalam suatu materi pengajaran.
Mengenai cara mengevaluasi atau suatu pengujian , harus melihat kembali sejarah sekolah. Dimana akhirnya membentuk sistem pendidikan seperti sekarang. Yakni berawal dari Amerika pada 1837 saat Horace Mann mengadopsi sistem pendidikan Prusia. Menurutnya menguji yang benar adalah dengan membuat tes tertulis, yang terdiri dari banyak soal.semakin banyak soal yang berhasil dijawab dengan benar, semakin baik pula hasil pembelajaran (Gunawan, 2006:291)
Padahal, sistem sekolah Prusia, sebenarnya, digunakan untuk mendidik tentara. Karena sistem ini berdasarkan disiplin militer, tentu saja cara pendekatannya sangat berbeda dengan cara mendidik anak di lingkungan rumah. Dan karena tujuannya adalah untuk menghasilkan tentara, maka system ini sudah dirancang sedemikian rupa untuk menggagalkan paling tidak 70 % dari siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah ini. Logikanya, bila ada seribu orang yang mengikuti pendidikan ini. Pada saat tamat sekolah tentu tidak mungkin seribu orang menjadi jenderal semua. Oleh karena itu, sistem sekolah ini dirancang untuk memberikan tes atau ujian. Mereka yang tidak berhasil dalam mengerjakan tes tentu saja akan sulit untuk naik ke level yang lebih tinggi. Jadi, system ini memang dari awal sudah dirancang untuk menyaring atau menggagalkan muridnya ( Gunawan, 2005 : 227)
Melihat fenomena demikian, tentu seorang guru sebagai pengajar sekaligus pendidik harus mampu mencari format evaluasi yang mampu memberdayakan (bukan memperdayakan) ranah potensi peserta didik. Termasuk pendekatan yang digunakan untuk menguji murid seyogyanya justru mengangkat derajat pemahaman murid , penguasaan akan materi pelajaran dan kemampuan berpikir ke tingkat yang lebih tinggi. Yakni kembali kepada tujuan semula dalam belajar.

C. Tujuan , Fungsi dan Jenis – jenis Evaluasi
Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, tujuan umum dan tujuan khusus. L. Pasaribu dan Simanjuntak (dalam Ahmadi, 1991 : 189) menegaskan bahwa :
C.1. Tujuan evaluasi :
1. Tujuan umum dari evaluasi adalah
a. mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang dihharapkan.
b. Memungkinkan pendidik / guru meniali aktivitas / pengalaman yang didapat
c. Menilai metode mengajar yang dipergunakan
2. Tujuan khusus dari evaluasi adalah :
a. merangsang kegiatan siswa
b. menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan
c. memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan
d. memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orangtua dan lembaga pendidikan
e. memperbaiki mutu pelajaran atau cara belajar dan metode belajar

C 2. Fungsi evaluasi
Adapun fungsi evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Ahmadi (1991:189) yaitu :
1. untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi murid
2. untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid. Antara lain digunakan dalam rangka pemberian laporan kemajuan belajar murid kepada ortu, penentuan kenaikan kelas serta penentuan lulus tidaknya seorang murid
3. untuk menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan (dan karakteristik lainnya) yangh dimiliki murid.
4. untuk mengenal latar belakang (psikologi, fisik, lingkungan) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar , nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul.

C.3. Jenis-jenis Evaluasi
Jenis-jenis evaluasi dapat dibagi menjadi 4 jenis. Yaitu evaluasi formatif, sumatif. Placement dan diagnostik. Keempat jenis evaluasi tersebut secara singkat akan divas dari segi fungís, tujuan, aspek yang dinilai, dan waktu pelaksanaannya.
1. evaluasi formatif
- fungsi : untuk memperbaiki proses relajar mengajar (selanjutnya disingkat PBM) kearah yang lebih baik, atau memperbaiki program satuan pelajaran yang telah digunakan
- tujuan : untuk mengetahui hinggá dimana penguasaan murid tentang bahan yang telah diajarkan dalam statu program satuan pelajaran
- aspek yang dinilai : yang berkenaan dengan hasil kemajuan belajar murid, meliputi : pengetahuan, ketrampilan, sikap dan penguasaan terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan.
- Waktu : setiap akhir pelaksanaan satuan program belajar mengajar.
2. evaluasi sumatif
- fungsi : untuk menentukan angka / nilai murid setelah mengikuti program pengajaran dalam satu catur wulan, semester, akhir tahun atau akhir dari suatu program bahan pengajaran dari statu unit pendidikan. Juga untuk memperbaiki situasi PBM kearah yang lebih baik serta untuk kepentingan penilaian selanjutnya.
- Tujuan : untuk mengetahui taraf hasil relajar yang dicapai oleh murid estela menyelesaikan program bahan pengajaran dalam satu cawu, semestre, akhir tahun atau akhir statu program bahan pengajaran pada suatu unit pendidikan tertentu.
- Aspek yang dinilai : yaitu kemajuan Belajar, meliputi pengetahuan , ketrampilan, sikap dan penguasaan murid tentang materi pelajaran yang sudah diberikan.
- Waktu : akhir cawu, semester, akhir tahun.

3. evaluasi placement
- fungsi : untuk mengetahui keadaan anak termasuk keadaan seluruh pribadinya, agar anak tersebut dapat ditempatkan pada posisinya yang tepat
- tujuan : untuk menempatkan anak didik pada kedudukan yang sebenarnya, berdasar Bakau, minat, kemampuan, kesanggupan, serta keadaan lanilla. Sehingga anak tidak mengalami hambatan dalam mengikuti setiap program atau bahan yang disajikan guru.
- Aspek yang dinilai : meliputi keadaan fisik, psikis, Bakau, kemampuan atau pengetahuan, ketrampilan, sikap dan lain-lain aspek yang dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan anak selanjutnya.
- Waktu : sebaiknya dilaksanakan sebelum anak mengikuti PBM yang permulaan.

4. evaluasi diagnostik
- fungsi : untuk mengetahui masalah-masalah apa yang diderita atau mengganggu anak didik, sehingga ia mengalami kesulitan, hambatan atau gangguan ketika mengikuti program tertentu. Dan bagaimana usa untuk memecahkannya.
- Tujuan : untuk mengatasi atau membantu pemecahan kesulitan atau hambatan yang dialami anak didik waktu mengikuti kegiatan belajar mengajar pada suatu bidang studi atau keseluruhan program pengajaran
- Aspek : hasil relajar, latar belakang kehidupan anak, keadaan keluarga, lingkungan dan lain-lain.
- Waktu : dapat dilaksanakan setiap saat.

C.4. Teknik Evaluasi :
Dalam pelaksanannya, evaluasi dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu teknik tes dan teknik non tes.
1. Teknik tes : berbentuk tes tertulis , lesan dan perbuatan
2. teknis non-tes : berupa angket, wawancara atau interview, observasi, quesioner atau inventory

D. Alat uji evaluasi yang valid dan otentik
Gunawan (2006:296) mendefinisikan teknik pengujian dikatakan valid dan otentik bila melibatkan murid dalam suatu kegiatan yang berharga, penting dan berartti (mengerjakan tugas yang melibatkan proses pencarian arti dan relevansi). Pengujian ini berlangsung tidak hanya sesaat tetapi mempunyai rentang waktu yang lebih lama, bersifat terbuka (mempunyai banyak kemungkinan jawaban), memberikan kesempatan pada murid untuk menunjukkan pengertian, penguasaan dan kompetensi mereka melalui berbagai cara. Misalnya dengan menggunakan multiple intelligence mereka.
Karakteristik pengujian yang valid dan otentik mempunyai karakteristik :
1. menciptakan lingkungan di mana setiap anak mempunyai kesempatan yang sama untuk berhasil
2. lamanya pengujian berlangsung selama proses pembelajaran, dan pengujian ini ini memberikan suatu gambaran yang akurat mengenai prestasi murid
3. memberikan kesempatan yang besar kepada guru untuk menyusun dan mengembangkan kuikulum yang berbobot danmelakukan pengujian yang sesuai dengan program program yang ia rancang dan kembangkan
4. lebih bertumpu pada kelebihan dan kekuatan murid, bukan pada kelemahannya
5. memberikan kesempatan evaluasi dengan memperhatikan berbagai aspek dan kriteria yang dapat menunjukkan secara mendalam kemaajuan yang dicapai anak didik
6. memperlakukan setiap anak sebagai individu yang uniuk dan berharga dengan memperhatikan tidak hanya aspek fisik tetapi juga aspek pikiran, perasaan/emosi, ingatan dan kesadaran
7. memberikan kesempatan untuk menghilangkan bias kebudayaan dan memberi setiap anak kesempatan yang sama untuk berhasil
8. memperlakukan pembelajaran dan pengujian sebagai suatu kesatuan dalam kegiatan yang berpadu
9. mendorong dan melatih murid untuk secara independent dan terus menerus melakukan refleksi atas dirinya sendiri, pembelajaran dan umpan balik yang ia terima
10. berhubungan tidak hanya dengan pemahaman tetapi juga pada proses dan hasil akhir sebagai suatru kesatuan proses pembelajaran yang utuh.

Pengujian diatas melibatkan proses berpikir level tinggi bersama dengan penggunaan pengetahuan dalam lingkup yang luas dan dalam. ( Gunawan, 2006 : 298).

E. Alat uji - Evaluasi yang komprehensif
Melihat tren perkembangan teori kecerdasan siswa yang demikian kompleks (baca : tidak hanya faktor IQ semata), khususnya perkembangan dinamika multiple intelligence sebagaimana diungkapkan Howard Gardner, maka evaluasi atau pengujian yang multi dimensi sudah seharusnya dilaksanakan. Evaluasi yang komprehensif akan menghasilkan suatu nilai yang utuh dan terpadu. Tidak hanya dari satu sisi. Artinya tidak hanya dari sudut guru semata, namun juga melibatkan siswa sendiri, bila perlu, teman, bahkan orang tua sekalipun diperbolehkan menilai perkembangan belajar anak. Sehingga hasil suatu evaluasi atau penilaian selama pembelajaran, dapat diperoleh hasil yang maksimal. Memang hal ini suatu ide yang problematis dan mungkin menyulitkan. Rumit dan menyulitkan dalam konteks evaluasi pendidikan suatu negara berupa ujian nasional (UNAS) misalnya.
Selama ini dalam proses evaluasi , harus pula diakui bahwa evaluasi yang dilaksanakan baru sebatas guru kepada murid. Padahal tidak menutup kemungkinan diri siswa sendiri, teman, orang tua, dapat melakukan evaluasi pembelajaran dengan suatu kriteria yang dapat disepakati bersama. Menurut Gunawan ,2006:290) idealnya sistem pengujian itu dilakukan oleh murid sendiri sebesar 50 % (self Assesment), oleh rekan sebesar 30 % (peer assessment) dan baru oleh guru sebesar 20 % (teacher assessment).
Tingkat komprehensif demikian, setidaknya sudah diapresiasi oleh Diknas dan diaplikasi dengan model alat evaluasi berupa portofolio. Portofolio merupakan salah satu yang terbaik. Portofolio adalah sebuah kumpulan dokumen, hasil pengerjaan tugas, catatan prestasi, komentar dari rekan murid, pengamatan oleh guru, presentasi, diskusi, kerja kelompok, refleksi dan pemikiran dari murid itu sendiri mengenai proses pembelajarannya, yang semuanya tersusun dengan rapid an sistematis. (Gunawan, 2006: 301). Lebih lanjut Gunawan mengatakan portofolio tersebut dikumpulkan sejalan dengan proses pembelajaran yang dilalui murid dan digunakan sebagai alat uji dan indicator mengenai pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan yang dicapai mmurid ditinjau dari berbagai aspek.
Ada tiga jenis portofoilio yang umum dipakai, yaitu portofolio kerja, portofolio hasil terbaik dan portofolio pengujian. Portofolio kerja digunakan untuk menunjukkan pertumbuhan murid dalam rentang waktu tertentu. Portofolio i9ni berisi hasil kerja murid yang telah diselesaikan dan juga tugas yang masih dalam pengerjaan. Ini berfungsi untuk menyimpan tugas, hingga tugas atau hasil kerja itu dapat dipindahkan ke portofolio hasil terbaik atau pengujian.
Portofolio hasil terbaik digunakan untuk menunjukkan prestasi tertinggi yang berhasil dicapai murid. Ini merupakan kumpulan hasil kerja terbaik y6ang dicapai murid dan sangat baik untuk meningkatkan harga diri murid. Adapun portofolio pengujian digunakan untuk mencatat hasil pembelajaran murid berdasarkan tujuan kurikulum yang spesifik. Ini khusus dirancang agar murid dapat menunjukkan prestasi mereka pada tujuan kurikulum tertentu (Gunawan, 2006:302).

F. Penutup
Pembelajaran dapat dikatakan maksimal apabila ia mampu memberdayakan (sekali lagi bukan memperdayakan !) siswa. Strategi, metode, teknik pengajaran yang prima mutlak dibutuhkan dan dilaksanakan oleh guru. Selanjutnya untuk memetik hasil pembelajaran , perlu diupayakan evaluasi pembelajaran yang memberdayakan pula. Evaluasi pembelajaran yang komprehensif, menyeluruh dan terpadu adalah suatu keniscayaan. Dengan demikian dalam keseluruhan proses pembelajaran, evaluasi mutlak dibutuhkan. Namun, yang dubutuhkan adalah evaluasi yang mampu menggali seluruh potensi kecerdasan siswa. Baik kognitif, efektif maupun psikomotor siswa. Apabila evaluasi menyeluruh tersebut diterapkan, suatu keniscayaan pula, siswa akan terus terdorong untuk belajar, belajar dan terus belajar tanpa henti.
Sebagai bahan renungan , bukankah kita, manusia dengan segala potensi kemanusiaan yang dimiliki, secara fitroh membutuhkan evaluasi. Baik dalam skala mikro maupun makro kehidupan. Karena manusia sesungguhnya berada pada suatu”sekolah kehidupan’ sehingga pada akhir kehidupan nantinya, kelak Tuhan akan mengevaluasi, menilai aktivitas kehidupan kita selama di dunia. Sudah sesuai dengan tujuan penciptaan atau belum. Sudah menerapkan prinsip ibadah dengan ikhlas dan benar kepada Tuhannya atau belum. sudah sesuai dengan visi misi penciptaan atau belum.

Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu., Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991
Dryden, Jeanete Vos, Learning Revolution, Bandung : Mizan Utama, 2003
Fatah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakaraya, 2006
Gunawan, Adi W, Born to be Genius, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2005
---------------------, Genius Learning Strategy, petunjuk praktis untuk menerapkan
accelerated learning, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Majid, Abdul.,Perencanaan Pembelajaran mengembangkan standar kompetensi guru,
Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006

Diposkan oleh Cah Sholeh di Kamis, April 23, 2009

Sumber : http://sahabatilmu.blogspot.com/2009/04/evaluasi-pembelajaran-yang.html

Senin, Mei 25, 2009

Pengusaha Pembela Penyandang Cacat : “Beri Mereka Kesempatan, Bukan Kasihan”

Published 04/03/2008 - 9:37 a.m. GMT

Dengan modal sebuah mesin jahit dan uang 500.000 rupiah, ia rintis usaha kerajinan kecil dengan mempekerjakan penyandang cacat pisik. Titik Winarti mendapatkan penghargaan dari PBB karena prestasinya dalam memberdayakan penyandang cacat.

Waktu itu, tahun 1995, Titik Winarti mendirikan sebuah toko tas, busana, dan aksesoris untuk sekedar hobi saja. Maklumlah, namanya juga ibu rumah tangga, banyak waktu senggangnya. Patut diingat, mulanya ia hanya bermodal 500,000 rupiah dan satu mesin jahit. Bahan-bahan produknya sederhana saja, yakni botol-botol bekas dan bahan-bahan kain yang didaur ulang menjadi barang-barang suvenir. Tidak lama kemudian, Titik merekrut remaja karang taruna dan para ibu rumah tangga sekitar untuk menjadi pegawai tokonya. Tokonya makin lama makin ramai, wanita asal Surabaya ini kemudian memutuskan untuk menambah karyawannya. Sekarang produk-produk Tiara Handicraft telah menembus pasaran Brasil, Spanyol,dan Belanda.

Pada tahun 1999, tidak lama setelah ekonomi Indonesia diguncang krisis moneter, Titik sadar dan khawatir akan kondisi tenaga kerja di Indonesia, khususnya orang-orang cacat. Ia mengerti betapa sulitnya orang biasa mencari pekerjaan, apalagi penyandang cacat. Tanpa berpikir dua kali, ia merekrut penyandang cacat dari Yayasan Panti Bina Daksa. Bukan itu saja, ia pun mempekerjakan remaja putus sekolah dari Panti Bina Remaja. Wanita ramah yang beraksen Jawa kental ini benar-benar bertekad ingin membuktikan kepada orang banyak bahwa cacat fisik bukanlah halangan, melainkan bisa menjadi suatu bagian dari bisnis dan ekonomi. Ia yakin dengan pelatihan yang baik, para penyandang cacat dapat maju dan kreatif. Dan suksesnya toko Tiara Handicraft menjadi buktinya.
Titik mengungkapkan, tantangan paling besar baginya adalah, mengangkat martabat para remaja bina daksa dan remaja putus sekolah agar mereka diterima oleh masyarakat secara wajar.

Saat ini jumlah karyawan Titik mencapai 70 orang cacat dan setiap bulannya ia merekrut sekitar lima pegawai baru. Semua karyawan Titik tinggal bersama di gedung asrama yang ia bangun.

Titik tidak sebatas memberikan pekerjaan untuk para penyandang cacat tersebut. Tetapi mengupayakan agar mereka mendapatkan nilai lebih dari ketrampilannya. Ia dorong karyawannya supaya mau membuka usaha sendiri.Untuk itu, Titik siap membantu. Tak sedikit mantan karyawannya yang sekarang berhasil berkat bantuan Titik berupa modal dan sebuah mesin jahit. Titik juga mengungkapkan, 50 persen keuntungan usahanya ia sisihkan untuk sosial dan 50 persen untuk pengembangan usaha.

Pada tahun 2004, kerja keras Titik membela kaum cacat diakui dan mendapat penghargaan Internasional. Ia meraih penghargaan Micro EntrepreneurshipAward untuk kalangan jenis usaha kecil menengah dari PBB. Penghargaan itu diserahkan dalam acara International Micro-Credit Year di kota New York tahun 2005. Selama berada di markas PBB, Titik mendapat perlakuan istimewa. Ia duduk sejajar dengan Nane Annan, istri Sekjen PBB Koffi Annan, Putri Belgia Mathilda serta para pejabat UNDP.

Titik yang juga pernah jalan-jalan ke Thailand dan Filipina. Pernah diundang oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Negara Amerika Serikat(Bureau of Educational and Cultural Affairs), untuk program International Visitor Leadership—tepatnya Women And Entrepreneurship, AProject for Indonesia pada tahun 2007. Di program khusus ini, Titikdiperkenalkan kepada pengusaha-pengusaha wanita lokal Amerika Serikat,seperti di New York, New Mexico, dan San Francisco. Melalui program tesebut, Titik belajar tentang bisnis manajemen; strategi marketing dan distribusi; market global dan kompetisi internasional; praktek bisnis dan aktivitas lokal AS; hukum ekonomi dan ekspor/impor internasional;dan tanggung jawab sosial bagi pengusaha. Ketika ditanya Kabari bagaimana pengalamannya, Titik dengan mata berbinar menjawab, “Wah saya senang sekali dan merasa sangat beruntung bisa diundang ke Amerika untuk mempelajari pengetahuan baru. Amerika itu hebat sekali, semuanya serba teratur dan sistematis. Kemarin saya sempat mengunjungi bank untuk mempelajari bagaimana caranya meminjam kredit untuk modal usaha.”

Wanita yang kunjungannya ke Amerika ditemani seorang penterjemah bernama Wendy Gaylord, menambahkan kesan-kesannya tentang Amerika, “Saya suka dengankota San Francisco. Kotanya cantik sekali, ya. Orang-orangnya juga ramah, udaranya bagus, banyak orang Asia. Saya pengen balik mengunjungi San Francisco.” *

Profil*
>Nama: Titik Winarti
>Tanggal Lahir: Surabaya, 11 Maret 1970
>Status/Posisi: Pemilik toko Tiara Handicraft
>Alamat Toko: JL. Sidosermo Indah Ii No.5, Surabaya, Indonesia
>Pendidikan: SMA Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia, Surabaya, lulus tahun 1988
>Penghargaan:
-Penghargaan dari Gubernur, Model Teladan Masyarkat Sosial, 2005
-Penghargaan untuk Wanita Paling Terkemuka, Plaza Semanggi, 2005
-Woman of The Year, ANTV Televisi Nasional, 2005
-Penghargaan dari Presiden Republik Indonesia, 2005
-Penghargaan Desain Tekstil oleh Menteri Perdagangan, 2005
-Penghargaan untuk Prestasi Membela Kaum Tuna Daksa oleh Menteri Sosial, 2005
-Penghargaan untuk Membela Kaum Tuna Daksa, Konferens Tuna Daksa, 2005
-Penghargaan Micro Entrepreneurship, United Nations/PBB, 2004
-Penghargaan sebagai Prestasi Terbaik bagi Wiraswasta Kecil dan Menengah oleh State Power Co 2004
-Penghargaan Daerah, 2004
-Penghargaan oleh Walikota, Wiraswasta Kecil atau Menengah Terbaik, 2002

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?31217
http://www.kabarinews.com/printFriendly.cfm?articleID=31217

Perlunya Pengetahuan Hidup bagi Wanita




Saya pernah membaca kisah seorang wanita pengusaha yang memulai usahanya dari nol. Uniknya si ibu muda ini dulunya pernah mengenyam bangku kuliah sebuah universitas swasta terkenal di Jakarta. Semasa kuliah ia aktif dalam salah satu organisasi di kampusnya. Setelah menikah ia tinggalkan semua aktifitas di luar, karena sang suami yang seorang pengusaha menginginkan ia menjadi seorang ibu rumah tangga sejati yang hanya mengurusi rumah tangga dan anak-anaknya.

Kisah usaha ibu muda ini berawal dari kegagalan usaha sang suami yang berujung pada kebangkrutan. Sang suami saat itu mengalami depresi karena kegagalannya tersebut. Melihat kondisi seperti itu, wanita tegar ini langsung berinisiatif untuk menghidupkan kembali salah satu usaha milik suaminya. Saat itu yang masih mereka punyai hanya beberapa unit mesin jahit bekas usaha konveksi suaminya.

Dengan semangat ia mulai mempelajari teknik membuat pola dan menjahit hingga akhirnya ia bisa membuat sebuah blazer yang kemudian ia jajakan contoh jahitannya itu dari satu toko ke toko lain di sebuah pasar di Jakarta.

Awal usahanya ini memang berat, toko-toko yang ia datangi menolak contoh jahitannya itu. Beberapa hari kemudian akhirnya sebuah toko bersedia menjual blazernya. Dan ternyata kegigihannya membuahkan hasil; blazernya laku keras, orderan pun mengalir deras, hingga akhirnya ia bisa mempekerjakan banyak karyawan, memperbesar usahanya dan tentu saja berhasil menyelamatkan biduk rumah tangganya yang hampir karam.

***

Baru-baru ini ada kisah menarik tentang seorang ibu muda berusia 34 tahun asal Wonocolo Surabaya. Ia adalah seorang pengusaha mikro lulusan sekolah menengah atas. Pada tanggal 18 November yang lalu ia menghadiri sekaligus berbicara di Ruang Konferensi II Markas Besar PBB setelah memenangi lomba Micro Credit Award 2005 yang diselenggarakan oleh Kantor Menko Perekonomian. Ia berada di forum internasional yang dihadiri 250 delegasi negara anggota PBB itu untuk menghadiri pencanangan Tahun Kredit Mikro Internasional 2005.

Penuturan ibu muda berputra tiga orang ini tentang usaha kecilnya mengundang decak kagum siapa pun yang hadir saat itu. Ia tidak hanya telah berhasil mengembangkan usaha membuat pakaian, tas, aksesori, dan barang kerajinan dari kain atau percanya yang diawalnya pada tahun 1998 dengan hanya bermodalkan uang 500 ribu rupiah itu dengan secara profesional tapi juga ia telah berhasil membina dan memberdayakan para pekerjanya yang 80 persen adalah tuna daksa.

Atas hadiah yang diterima, ia mengatakan uang itu akan digunakan membangun paviliun guna menampung para tuna daksa dan remaja putus sekolah yang dilatih di rumahnya, karena selama ini para pekerjanya tidur di setiap celah yang ada di rumahnya.

***

Seperti kata Ibu Dewi Sartika, salah satu Pahlawan Emansipasi Wanita Indonesia, bahwa wanita harus mempunyai pengetahuan untuk hidup. Perkataannya itu keluar sebagai kesadarannya yang timbul setelah bapaknya yang seorang patih di Bandung meninggal dunia, dan kekayaan keluarganya disita oleh pemerintah Belanda. Saat itu usianya masih belasan tahun, tapi Dewi sartika dan ibunya harus berjuang untuk hidup.

Ya, wanita memang harus mempunyai pengetahuan untuk hidup. Ada kalanya kehidupan datang tidak seperti yang kita inginkan. Seperti kejadian ibu muda di atas yang tiba-tiba harus berjuang menyelamatkan rumah tangganya. Beruntung si ibu ini pernah mengenyam pengalaman berorganisasi sehingga pada dirinya sudah tertanam keterampilan interpersonal yang baik juga semangat untuk berjuang dan belajar. Bagaimana halnya jika hal ini terjadi pada wanita yang selama hidupnya serba lancar-lancar saja, maksudnya belum pernah mengalami terpaan hidup? Bisa jadi ia pun bisa menjadi penyelamat biduk rumah tangganya, tapi bukankah sesuatu yang datangnya tiba-tiba akan memberikan goncangan jiwa yang tidak bisa dianggap enteng?

Banyak para suami, karena terlalu sayang pada istri, tidak mengizinkan para istri untuk bekerja. Hal ini memang bisa dipahami karena suamilah yang bertugas mencukupi kehidupan keluarga. Tapi alangkah baiknya jika para suami pun memberikan keterampilan hidup bagi para istrinya atau memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga istrinya bisa memiliki peranan tidak hanya dalam rumah tangganya saja tapi juga peranan dalam membina lingkungan masyarakatnya seperti halnya ibu muda pengusaha mikro yang saya ceritakan di atas.

Ada juga wanita yang setelah anak-anaknya tumbuh dewasa, baru bisa membantu finansial keluarga ataupun turut aktif dalam mewujudkan keshalehan sosial di lingkungannya. Selama masa-masa membesarkan anak-anaknya, dia tidak pernah berhenti belajar sehingga ketika saatnya tiba dia bisa berperan lebih.

Memang sulit bagi wanita zaman sekarang untuk berperan ganda. Di zaman yang penuh tantangan ini tidaklah mudah mendidik anak sementara dia juga harus aktif di luar rumah, seperti bekerja ataupun aktif dalam kegiatan masyarakat. Jangan-jangan sukses di luar tapi anak-anaknya mengalami degradasi moral akibat kurangnya perhatian orang tua yang sibuk bekerja. Hal ini dikembalikan kepada istri dan sang suami karena ternyata tidak sedikit keluarga yang istrinya bekerja tapi bisa mengantarkan anak-anaknya menjadi pribadi yang mandiri dan berakhlak baik.

Ada baiknya kita renungkan kembali perkataan Ibu Kita Dewi Sartika juga pengalaman sebagian wanita �petarung�, seperti cerita wanita di atas, tentang pentingnya wanita memiliki keterampilan hidup sejak dini, agar di saat yang tepat mereka mampu berperan lebih dan tampil mandiri tanpa harus merepotkan orang-orang di sekitarnya di saat-saat biduk rumah tangganya berada pada kondisi gawat darurat.

http://www.dudung.net/artikel-bebas/perlunya-pengetahuan-hidup-bagi-wanita.html

Peran Self-Efisiency dan Persepsi Bentuk Dukungan Terhadap Prestasi Akademik Anak Penyandang Tuna Daksa

Data dari laporan PBB pada tahun 1998 menyatakan jumlah penyandang cacat di Indonesia sekitar 10 juta orang. Namun, diduga jumlah yang sebenarnya jauh lebih besar dari data yang ada (www.usembassyjakarta.org, 1998). Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih berpandangan negatif terhadap para penyandang cacat. Kesulitan-kesulitan yang dialami penyandang cacat tidak hanya berasal dari keterbatasan fisik mereka saja, tetapi juga dari orang-orang di sekitar mereka, termasuk keluarga mereka. Masih ada orangtua yang tega menyembunyikan anak mereka demi menghindari malu (www.usembassy.org, 1998). Dalam penelitian ini, penyandang cacat yang dimaksud adalah penyandang tuna daksa. Jenis ketunaan mereka dapat terlihat dari luar. Mereka dapat melihat keadaan tubuh mereka yang berbeda dari orang lain yang akan berdampak pada kondisi psikologis dan penerimaan sosial terhadap penyandang tuna daksa. Anak tuna daksa adalah anak yang menderita cacat akibat polio myelitis, kecelakaan, keturunan, cacat sejak lahir, kelayuan otot-otot, peradangan otak, dan kelainan motorik yang disebabkan oleh kerusakan pada pusat syaraf (Mangunsong, et. al, 1998). Masalah yang perlu diperhatikan pada anak tuna daksa, yaitu masalah akademis serta psikologis.Tenaga kerja penyandang cacat sering mengalami diskriminasi, misalnya adanya persyaratan sehat jasmani yang sering diartikan tidak cacat dalam berbagai proses perekrutan karyawan (www.kompas.com, 2002). Untuk itu, penting bagi penyandang tuna daksa untuk memiliki prestasi baik sehingga mereka dapat memperbesar kesempatan mereka bersaing dengan tenaga kerja ‘normal’.Prestasi akademis adalah suatu tingkat kecakapan atau penguasaan yang berhasil dicapai siswa pada tugas-tugas akademik atau skolastik (Arifin, 1988). Buku rapor yang merupakan laporan evaluasi hasil belajar siswa selama periode belajar tertentu dijadikan sebagai acuan prestasi akademis. Dua faktor penting yang dapat mempengaruhi prestasi akademis adalah self-efficacy dan dukungan sosial dari keluarga. Menurut Pajares (dalam Stipek 2002), self-efficacy merupakan prediktor yang lebih kuat terhadap performa akademis dibandingkan dengan persepsi yang lebih umum tentang kompetensi akademis, seperti inteligensi. Dukungan sosial dari keluarga mempunyai peranan penting terhadap prestasi akademis karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan anak. Perlakuan keluarga terhadap individu akan berpengaruh pada perkembangan individu selanjutnya, termasuk dalam pendidikan. Menurut Bandura (dalam Pintrich & Schunk, 1996), self-efficacy merupakan penilaian seseorang terhadap kemampuan mereka untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk mencapai performa yang diinginkan. Self-efficacy mempengaruhi pemilihan aktivitas, usaha, dan ketahanan. Cobb (dalam Friedman & Matteo, 1989), dukungan sosial sebagai informasi yang membimbing seseorang untuk percaya bahwa ia dicintai, dihargai, dan merupakan bagian dari sebuah jaringan komunikasi dan kewajiban yang sama. Beberapa bentuk dukungan sosial menurut Cohen & McKay (dalam Sarafino, 1994), antara lain emotional support, esteem support, instrumental support, informational support, network support. Dampak dari dukungan sosial tergantung bagaimana dukungan sosial dipersepsi.Penelitian ini dilakukan secara kualitatif agar peneliti bisa mendapatkan informasi lebih mendalam tentang bagaimana peran self-efficacy dan persepsi bentuk dukungan sosial terhadap prestasi akademis anak tuna daksa. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara dan observasi. Pendekatan baik dengan anak tuna daksa maupun keluarganya dilakukan sebelum proses wawancara dilaksanakan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy dan persepsi bentuk dukungan sosial mempunyai peranan penting terhadap prestasi akademis anak tuna daksa.Hal lain yang dapat disimpulkan adalah persepsi bentuk dukungan sosial dari keluarga dapat berpengaruh terhadap self-efficacy individu dalam bidang akademis. Selain itu, semakin terlihat dan parahnya ‘kecacatan’ seseorang maka dampak yang ditimbulkan juga akan semakin besar.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan kepada pihak-pihak yang terkait dengan anak tuna daksa, seperti keluarga dan tenaga pengajar untuk lebih memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak tuna daksa untuk dapat berkembang dengan baik.

http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=134487

Pera Self-Efisiency dan Persepsi Bentuk Dukungan Terhadap Prestasi Akademik

Data dari laporan PBB pada tahun 1998 menyatakan jumlah penyandang cacat di Indonesia sekitar 10 juta orang. Namun, diduga jumlah yang sebenarnya jauh lebih besar dari data yang ada (www.usembassyjakarta.org, 1998). Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih berpandangan negatif terhadap para penyandang cacat. Kesulitan-kesulitan yang dialami penyandang cacat tidak hanya berasal dari keterbatasan fisik mereka saja, tetapi juga dari orang-orang di sekitar mereka, termasuk keluarga mereka. Masih ada orangtua yang tega menyembunyikan anak mereka demi menghindari malu (www.usembassy.org, 1998). Dalam penelitian ini, penyandang cacat yang dimaksud adalah penyandang tuna daksa. Jenis ketunaan mereka dapat terlihat dari luar. Mereka dapat melihat keadaan tubuh mereka yang berbeda dari orang lain yang akan berdampak pada kondisi psikologis dan penerimaan sosial terhadap penyandang tuna daksa. Anak tuna daksa adalah anak yang menderita cacat akibat polio myelitis, kecelakaan, keturunan, cacat sejak lahir, kelayuan otot-otot, peradangan otak, dan kelainan motorik yang disebabkan oleh kerusakan pada pusat syaraf (Mangunsong, et. al, 1998). Masalah yang perlu diperhatikan pada anak tuna daksa, yaitu masalah akademis serta psikologis.Tenaga kerja penyandang cacat sering mengalami diskriminasi, misalnya adanya persyaratan sehat jasmani yang sering diartikan tidak cacat dalam berbagai proses perekrutan karyawan (www.kompas.com, 2002). Untuk itu, penting bagi penyandang tuna daksa untuk memiliki prestasi baik sehingga mereka dapat memperbesar kesempatan mereka bersaing dengan tenaga kerja ‘normal’.Prestasi akademis adalah suatu tingkat kecakapan atau penguasaan yang berhasil dicapai siswa pada tugas-tugas akademik atau skolastik (Arifin, 1988). Buku rapor yang merupakan laporan evaluasi hasil belajar siswa selama periode belajar tertentu dijadikan sebagai acuan prestasi akademis. Dua faktor penting yang dapat mempengaruhi prestasi akademis adalah self-efficacy dan dukungan sosial dari keluarga. Menurut Pajares (dalam Stipek 2002), self-efficacy merupakan prediktor yang lebih kuat terhadap performa akademis dibandingkan dengan persepsi yang lebih umum tentang kompetensi akademis, seperti inteligensi. Dukungan sosial dari keluarga mempunyai peranan penting terhadap prestasi akademis karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan anak. Perlakuan keluarga terhadap individu akan berpengaruh pada perkembangan individu selanjutnya, termasuk dalam pendidikan. Menurut Bandura (dalam Pintrich & Schunk, 1996), self-efficacy merupakan penilaian seseorang terhadap kemampuan mereka untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk mencapai performa yang diinginkan. Self-efficacy mempengaruhi pemilihan aktivitas, usaha, dan ketahanan. Cobb (dalam Friedman & Matteo, 1989), dukungan sosial sebagai informasi yang membimbing seseorang untuk percaya bahwa ia dicintai, dihargai, dan merupakan bagian dari sebuah jaringan komunikasi dan kewajiban yang sama. Beberapa bentuk dukungan sosial menurut Cohen & McKay (dalam Sarafino, 1994), antara lain emotional support, esteem support, instrumental support, informational support, network support. Dampak dari dukungan sosial tergantung bagaimana dukungan sosial dipersepsi.Penelitian ini dilakukan secara kualitatif agar peneliti bisa mendapatkan informasi lebih mendalam tentang bagaimana peran self-efficacy dan persepsi bentuk dukungan sosial terhadap prestasi akademis anak tuna daksa. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara dan observasi. Pendekatan baik dengan anak tuna daksa maupun keluarganya dilakukan sebelum proses wawancara dilaksanakan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy dan persepsi bentuk dukungan sosial mempunyai peranan penting terhadap prestasi akademis anak tuna daksa.Hal lain yang dapat disimpulkan adalah persepsi bentuk dukungan sosial dari keluarga dapat berpengaruh terhadap self-efficacy individu dalam bidang akademis. Selain itu, semakin terlihat dan parahnya ‘kecacatan’ seseorang maka dampak yang ditimbulkan juga akan semakin besar.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan kepada pihak-pihak yang terkait dengan anak tuna daksa, seperti keluarga dan tenaga pengajar untuk lebih memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak tuna daksa untuk dapat berkembang dengan baik.

http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=134487