Assalamu'alaikum Wr.Wb. Selamat Datang di Ruang Karya MAnusia Biasa..Terima Kasih Atas Kunjungan Anda..Semoga Bermanfaat!!!
CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Rabu, September 16, 2009

Menemukan Pipa yang Cocok Bagi Masing-Masing Anak : Penerapan Multiple Intellegence di Sekolah




Judul Buku : Sekolahnya Manusia
Penulis : Munif Chatib
Penerbit : Kaifa
Tebal : 186 halaman
“Sekolah yang unggul adalah sekolah yang memandang tidak ada siswa yang bodoh dan semua siswa merasa tidak ada satu pun pelajaran yang sulit.“

Membangun sekolah, pada hakikatnya adalah membangun keunggulan sumber daya manusia. Hal ini yang coba ingin diangkat dari buku karangan Munif Chatib. Buku ini dibuat atas latar belakang keprihatinan beliau yang melihat sekolah di Indonesia kebanyakan hanya menjadi Sekolah Robot bukan Sekolah Manusia, yang hanya memetingkan hasil bukan proses. Padahal menurut beliau, sekolah yang unggul adalah sekolah yang mampu menghargai berbagai jenis kecerdasan siswa yang kemudian tidak hanya menggunakan hasil sebagai penentu keberhasilan belajar melainkan memainkan peranan proses pembelajar untuk tujuan pemahaman pengetahuan secara lebih baik.
Kemudian berdasarkan pemikiran tersebut beliau mencoba melakukan inovasi dalam sekolah yang dipimpinnya dengan berlandaskan teori kecerdasan yang dikenalkan sebagai Multiple Intellegence (Howard Gardner). Teori kecerdasan ini mengenal 9 kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang: linguistik, matematis-logis, spasial, kinestetis-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan eksistensial (kategori baru). Dalam konsep ini, sumber kecerdasan seseorang adalah kebiasaan mereka untuk membuat hasil karya (produk) dari kreatifitas dan kebiasaan mereka menghadapi dan menyelesaikan masalah. Menurut teori ini, setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda–beda sesuai dengan keadaan dan lingkungan yang membentuknya. Maka seyogyanya setiap anak mendapat penanganan yang berbeda-beda sesuai dengan tipe kecerdasan yang dominan pada diri mereka masing-masing.
Alumni universitas Brawijaya ini kemudian berhasil menggunakan sistem MI tersebut dengan baik disekolahnya. Keberhasilan penulis menggunakan MI (Multiple Intellegance) bisa kita saksikan didalm buku ini lewat special moment yang dikisahkan dengan rapih dan inspiratif. Di sekolah binaannya beliau tidak menggunakan sistem PSB seperti kebanyakan sekolah. Setiap anak yang ingin masuk disekolahnya diperbolehkan tanpa dibatasi nilai nem atau nilai rapor. Sistem PSB yang digunaakan adalah MIR (Multiple Intelegences Reserch) dengan mengidentifikasi dan mengklasifikasikan anak-anak sesuai dengan tipe kecerdasan yang dominan mereka miliki.

Sistem ini dipilih untuk menghindari terjadinya kesalahan paradigma yang menganggap sekolah yang baik adalah best input and best output. Beliau mencoba menggambarkan sekolah sebagai tempat pembinaan dan pembekalan bagi siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tidak pintar menjadi pintar. Buku ini menjelaskan bagaimana kekurangan-kekurangan yang dimiliki seorang anak bisa menjadi keistimewaan baginya lewat kisah-kisah keberhasilan siswanya yang pada awalnya memiliki kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang terjadi sebenarnya bukan karena kebodohan, menurut teori kecerdasan Howard ini setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda dan tugas pendidik adalah menemukan pipa yang cocok untuk masuk kedalam kecerdasan mereka. Misalkan saja ada beberapa anak yang sulit sekali menerima pelajaran di dalam kelas karena mungkin anak tersebut sulit belajar dengan cara konvensional dan lebih cenderung pada tipe kecerdasan musical. Maka guru perlu menyesuaikan dengan memberikan pelajaran melalui metode-metode yang menggunakan music atau sejenisnya. Di sekolah ini guru dituntut aktif dan kreatif membaca kecerdasan anak, kemudian memilih pipa yang sesuai dan bisa menemukan cara belajar yang sesuai bagi siswanya.
Dalam penjelasannya buku ini banyak dipaparkan keberhasilan-keberhasilan guru yang dibantu orang tua dalam merubah kekurangan siswanya menjadi kelebihan. Untuk mencapai hal itu tidak hanya dibutuhkan identifikasi kecerdasaan anak melalui MIR (Multiple Intellegences Reserch), guru juga harus mempersiapkan rencana kegiatan belajar yang sesuai dan menarik sehingga proses belajar bisa berjalan lebih baik. Buku ini juga banyak memberikan contoh-contoh Lesson Plan yang biasa dibuat guru sebelum memulai kegiatan belajar yang juga dibuat untuk mengukur tingkatan keberhasilan dan evaluasi belajar siswa.. Yang lebih penting buku ini juga mencoba memberikan solusi bagi pendidikan Indonesia dengan mempergunakan Multiple Intellelgences sebagai strategi belajar yang memudahkan anak belajar. Perubahan paradigma belajar yang coba diangkat oleh penulis dikaitkan dengan kesesuiaan dengan sistem kurikulum di negeri ini yang berbasis kompetensi. Menurutnya sebaik apapun kurikulumnya, sulit berhasil apabila tidak dijalankan dengan strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Dan untuk menciptakan itu kita memerlukan tenaga pendidik yang tidak hanya kompeten tapi juga kreatif dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Setelah menyusun langkah yang apik dalam pembelajaran, sekolah yang unggul juga perlu memikirkan bagaimana penilaian yang sesuai dengan sistem MI yang dijalankan. Dan penilaian yang paling sesuai menurut penulis adalah penilaian autentik dimana penilaian ini tidak hanya mencakup ranah kognitif saja tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik anak. Penilaian autentik memposisikan anak dalam tingkat yang sama, dalam penilaiannya tidak diberikan peringkat sehingga mental anak tidak jatuh ketika mereka dibandingkan dengan temannya yang memang kecerdasannya berbeda dengan dia. Penilain yang menganut konsep Ipsative, yaitu perkembangan hasil belajar siswa diukur dari perkembangan siswa itu sendiri sesudah dan sebelum mendapatkan materi. Beberapa alat penilaian autentik antara lain lewat tes lisan dan tes tulis juga penilain dari 3 ranah kognitif,psikomotorik dan afektif anak.
Buku ini sangat cocok digunakan bagi pengajar karena sarat berita dan langkah-langkah menciptakan metode belajar yang menarik dan menyenangkan. Pemaparan dan konsep sekolah unggul yang diusung dalam buku ini mampu menginspirasi tenaga pendidik (guru) untuk mencintai profesi dan menjalankan tugas mereka dengan baik. Rangkaian kata-kata yang disusun juga sangat mudah dipahami dan sarat makna yang menginspirasi terutama lewat kisah-kisah yang dicontohkan dalam buku ini.
Namun, dalam buku ini tidak banyak dijelaskan mengenai cara pengrekrutan siswa baru di sekolah yang menggunakan sistem MIR (Multiple Intellegences Reserch) seperti yang diterapkan di sekolah binaan penulis SMP YIMI Gresik. Dan buku ini hanya sedikit memuat tentang cara menggunakan sistem Multiple Intellegences di sekolah. Muatan kisah yang terlalu banyak membuat buku ini memiliki makna yang tersirat, sehingga bagi pembaca awam akan kesulitan menarik kesimpulan dari maksud buku ini.

_rCh_

0 komentar: